Wong Cilik Makin Susah Punya Rumah, Suku Bunga Terus Naik

Jakarta, law-justice.co - Bank Indonesia (BI) dikabarkan siap menyesuaikan suku bunga acuan. Sinyal kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate semakin kuat.


Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo memastikan respons kebijakan MH Thamrin akan tergantung dari penyebab inflasi yang terjadi dan tetap melakukan sejumlah upaya dalam meredam inflasi termasuk dengan memperkuat kerja sama dengan para stakeholder.

Baca juga : 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Saat BI Rate Naik

"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Dody, dikutip dari CNBCIndonesia, Rabu (11/5/2022)


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti pada April 2022 menembus angka 2,6% (yoy) yang merupakan rekor tertinggi sejak Mei 2020 atau dua tahun lalu di mana pada saat itu inflasi inti mencapai 2,65%. Secara tahunan, inflasi inti dan seluruh disagregasinya meningkat pada Maret 2022 dibanding bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar 2,37% (yoy) pada Maret 2022, lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan lalu yang sebesar 2,03% (yoy).

Baca juga : Penyebab Utang Luar Negeri RI Melonjak Jadi US$ 407,3 Miliar


Inflasi inti tahunan terus mengalami peningkatan. Keberhasilan pengendalian penyebaran Covid-19 varian Omicron yang diikuti dengan kebijakan pelonggaran mobilitas ekonomi telah mendorong peningkatan permintaan masyarakat.

Peningkatan inflasi inti didorong oleh permintaan domestik yang semakin membaik seiring kebijakan pelonggaran mobilitas masyarakat, transmisi inflasi komoditas global yang terus berlanjut, di tengah stabilitas nilai tukar yang terjaga dan konsistensi kebijakan BI dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.

Baca juga : Lebaran 2024, Ekonom Indef Proyeksikan Perputaran Uang Capai Rp 235 T


Rencana BI menaikan suku bunga juga merupakan suatu respons dari kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed sebesar 50 basis poin. Hal ini merupakan kenaikan acuan terbesar The Fed sejak tahun 2000 untuk meredam inflasi.


Satu bulan terakhir berbagai fenomena telah terjadi. BI menyatakan bahwa lonjakan inflasi di April dipengaruhi oleh faktor musiman kenaikan harga beberapa barang dan jasa dengan cepat pada momen menjelang Hari Raya Idul Fitri seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat.

Inflasi menjadi tantangan tersendiri di tengah risiko kenaikan harga pangan dunia akibat perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, saat ini harga pupuk tengah melambung sehingga dari dalam negeri sendiri ada risiko kenaikan inflasi dari rencana pemerintah yang menaikan kebutuhan pokok seperli elpiji bersubsidi hingga tarif listrik.

Gejala inflasi memang tak dapat dihilangkan. Disisi lain pastinya menimbulkan efek snowballing. Namun upaya-upaya tentunya terus dilakukan untuk mengendalikan nilainya. Terlebih imbas dari momen Hari Raya Idul Fitri sehingga lanju inflasi selalu melesat setiap kali momen tersebut. Namun, pergerakan inflasi saat ini juga masih dalam kisaran target BI yakni 2-4%.

Ekonom OCBC Wellian Wiranto mengatakan ruang BI untuk menjaga inflasi di rentang 2-4% semakin menipis. Inflasi Indonesia diyakini akan melewati 4% pada tahun ini seiring dengan kenaikan komoditas di pasar global dan harga BBM serta pelonggaran mobilitas masyarakat.

Senada, ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan BI akan menaikkan suku bunga sejalan dengan tren kenaikan suku bunga di tingkat global serta laju inflasi yang tinggi. Kenaikan suku bunga akan menjaga daya tarik aset rupiah bagi investor.

Oleh karena itu, Inflasi akan terus dimonitor BI untuk siapkan pilihan menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Jika kebijakan ini diambil, maka dampaknya bank akan terlebih dahulu mengerek suku bunga kredit dibandingkan bunga tabungan dan deposito sehingga menaikkan pendapatan emiten bank.

Kenaikan suku bunga acuan ditujukan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar beban utang tidak semakin berat. Di sisi lain, jika BI menaikan suku bunga dikhawatirkan akan menaikan bunga pinjaman perbankan di dalam negeri. Termasuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) akan naik.

Perkiraan bunga floating KPR akan naik dan membuat generasi milenial semakin sulit memiliki rumah. Kredit modal kerja juga rentan mengalami kenaikan bunga sehingga biaya yang ditanggung pelaku usaha berpotensi semakin mahal.