Salat Jumat Kini Ritual Berbahaya Bagi Pria Syiah di Afghanistan

Afghanistan, law-justice.co - Salat Jumat berjamaah bagi kaum syiah jadi ritual yang berbahaya belakangan ini di Afghanistan.


Pasalnya, dua serangan bom bunuh diri terjadi dua kali beruntun saat penganut syiah menggelar salat jumat di masjid.

Baca juga : Meneropong Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Geopolitik Global

Jumat (8/10/2021) lalu, terjadi insiden bom diri terjadi di masjid penganut syiah di Kota Kunduz. Aksi ini menyebabkan puluhan orang tewas.

Pada Jumat (15/10/2021), serangan bom bunuh diri kembali terjadi di masjid syiah yang berada di kota Kandahar.

Baca juga : Analisis BMKG, Ini Penyebab Terjadinya Gempa di Garut Jawa Barat

Insiden ini diklaim menewaskan setidaknya tujuh orang. Sebelumnya, masjid syiah di kota Kunduz juga diserang dengan bom pada Jumat (8/10). Dalam insiden ini, setidaknya 46 orang tewas dengan 143 orang lainnya terluka, menurut pihak Taliban.

Namun, Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afghanistan melaporkan korban tewas akibat bom di Kunduz bertambah menjadi lebih dari 100 orang.

Baca juga : Ketika Mencoba Optimis Atas Mahkamah Konstitusi

Sementara itu, sejumlah warga lokal yang menjadi saksi mata menuturkan bahwa ledakan itu terjadi saat salat Jumat digelar.

Jumat, hari spesial yang membuat masyarakat muslim di berbagai dunia berkumpul untuk salat bersama, turut menjadi hari yang spesial pula bagi penganut syiah.

Namun, hari yang sakral ini kian membahayakan bagi mereka, melihat serangan bom pada kaumnya terjadi kala salat Jumat.

ISIS mengklaim pihaknya adalah dalang dari serangan itu. Sejak ISIS muncul, afiliasi ISIS di Afghanistan tengah mengibarkan bendera perang pada umat Syiah di negara itu.

Pada 2015, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom terhadap jemaat Syiah di Kuwait dan di distrik mayoritas Syiah di Beirut, bersumber dari CFR.

ISIS merupakan pecahan dari Al-Qaeda, kelompok ekstremis kontroversial yang dikabarkan merupakan dalang aksi 9/11.

ISIS dibuat untuk menciptakan kekhalifahan di Irak, Suriah, dan sekitarnya, dikutip dari CNN. Kelompok ini menerapkan hukum syariah Islam pada abad ke-delapan.

Pendapatan ISIS datang dari penyelundupan, produksi minyak, pajak, dan uang tembusan kala penculikan.

Sebelumnya, pihak Taliban yang kini menguasai Afghanistan menyampaikan bahwa pihaknya akan tetap menjaga keamanan negara itu.

Usai pertemuan dengan delegasi Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, menuturkan rezim Taliban memastikan bahwa Afghanistan tak akan menjadi sarang teroris dalam meluncurkan serangan ke negara-negara lain.

"Masalah Daesh (sebutan ISIS) telah dikendalikan oleh Emirat Islam (Afghanistan) dengan sangat baik sejauh ini. Dunia seharusnya bekerja sama dengan kami, bukannya justru menekan kami," kata Muttaqi di Doha, Qatar, seperti dikutip Reuters pada Senin (11/10/2021).

Langkah rezim Taliban dalam menjaga keamanan Afghanistan terus dirundung ancaman dari sederet serangan berdarah ISIS-Khorasan (ISIS-K).