Bongkar Muat di Tanjung Priok Mampet Usai Pungli Diberantas, Kenapa?

Jakarta, law-justice.co - Taufan sudah menunggu tiga jam lebih untuk bongkar muat peti kemas di area Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/6) siang.


Dilansir dari CNNIndonesia, Rabu (16/6/2021). Sopir truk kontainer itu tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Namun, ia belum juga dilayani hingga pukul 13.30 WIB padahal antrean tak terlalu panjang. Alat tango untuk mengangkut peti kemas sempat tak beroperasi.

Baca juga : Rutan Pom AL dan Guntur Akhirnya Dinonaktifkan KPK Buntut Kasus Pungli

Taufan merasa aktivitas bongkar muat melambat usai aparat kepolisian menangkap pelaku pungli hingga preman di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Menurutnya, layanan bongkar muat mulai lambat sejak Jumat (11/6) pagi.

Taufan mengatakan para operator tango bekerja seperti setengah hati lantaran tak mendapat uang samping dari para sopir yang melakukan bongkar muat peti kemas.

Baca juga : Menanti KPK Vs Bekas Karutan Sendiri soal Status Tersangka Pungli

Biasanya, kata Taufan, mereka mendapat uang mulai dari Rp5 ribu hingga belasan ribu rupiah, tergantung letak peti kemasnya. Semakin tertumpuk oleh peti kemas lain, semakin dalam kocek yang harus dirogoh sopir.

"Kalau tertumpuk di bawah, dikasih Rp5 ribu, minta lagi. Kelihatan kalau kasih Rp5 ribu," kata dia.

Baca juga : Viral Pungli di Mesjid Al Jabbar, Polisi Turun Tangan

Taufan menyebut operator alat tango bekerja sigap sebelum ada penindakan pungli. Uang pungli dari para sopir diletakkan di kresek atau botol air mineral yang diselipkan di sela alat tango.

"Kalau ada goceng-goceng (dikasih), kejar target. Baru aplusan juga langsung jalan," ujar pria berusia 50 tahun ini.


Sopir lainnya, Wawan mengatakan pungli tidak hanya terjadi di area bongkar muat. Sejak pos pemeriksaan para sopir mesti mengeluarkan uang Rp2 ribu.

Menurut Wawan, sejak polisi bertindak, seorang temannya sesama sopir bahkan sempat mengantre hingga berganti hari untuk melakukan aktivitas bongkar muat.

"Antre dari jam tujuh malam, baru dimuat pagi," katanya.

Seorang sopir lainnya, Doni mengatakan penindakan pelaku pungli membawa efek positif dan negatif. Positifnya, uang jalan para sopir bisa aman. Namun, saat yang bersamaan pelayanan bongkar muat berjalan lambat.

"Daripada nunggu berjam jam mending bayar kan. Serba salah jadinya. Mending bayar Rp5 ribu kalau gini," kata Doni.

Di sejumlah blok, pelayanan memang terbilang lama. Beberapa truk harus antre beberapa jam untuk melakukan aktivitas bongkar muat, seperti yang dialami Taufan.

Manager PR & CSR PT JICT, Indhira Gita dan Senior Manager Corporate Secretary JICT Raditya Arrya dihubungi untuk meminta tanggapannya soal pelayanan tersebut. Namun hingga berita ini ditulis, yang bersangkutan tidak memberikan respons.

Aparat kepolisian tengah gencar menangkap pelaku pungli dan preman di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan beberapa pelabuhan di daerah lain.

Khusus di Tanjung Priok, pungli tak hanya dilakukan para preman, tetapi juga petugas pelabuhan sebagaimana kesaksian sopir kontainer.