Usai Didenda Rp40 T oleh Pemerintah China, Alibaba Akhirnya Buka Suara

law-justice.co - Alibaba Group akhirnya buka suara soal denda 18 miliar yuan atau setara Rp40,49 triliun yang dijatuhkan pemerintah China terhadap mereka karena tuduhan pelanggar aturan anti-monopoli.

Melansir CNN, Selasa (13/4), Co-Founder dan Executive Vice Chairman Alibaba Group, Joe Tsai mengatakan kepada investor perusahaan tidak akan mengajukan banding atas denda terbesar dalam sejarah itu.

Baca juga : China Gunakan Pasukan Hacker untuk Hadapi Ancaman Asing

"Dengan keputusan hukuman ini, kami telah menerima panduan yang baik tentang beberapa masalah spesifik mengenai undang-undang anti-monopoli," kata Tsai.

Ia pun berjanji Alibaba Group akan menghentikan praktik kesepakatan eksklusif tersebut.

Baca juga : Gabungkan Islam-Konghucu, Xi Jinping Ingin Buat Al Quran Versi China

"Kami senang kami bisa melupakan masalah ini," imbuhnya.

Sebagai informasi, China menghukum Alibaba dengan sanksi denda senilai Rp40 triliun setelah hasil investigasi Badan Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar Modal (State Administration for Market Regulation/SMAR) mereka menemukan fakta bahwa Alibaba telah mendesak para klien untuk tidak berbisnis dengan pesaing mereka di pasar sejak 2015.

Baca juga : Apa Dampak Pemerintah China Melarang iPhone Digunakan

Temuan ini melanggar aturan anti-monopoli dan peredaran barang bebas di China.

Kalau dihitung, denda tersebut setara dengan 4 persen penjualan Alibaba pada 2019 di China. Proses investigasi sendiri berlangsung selama berbulan-bulan.

Pemerintah China juga melakukan investigasi pada perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk afiliasi keuangan Alibaba, Ant Group.

Tsai mengatakan bahwa hukuman itu tidak mencapai 20 persen dari arus kas Alibaba dalam 12 bulan terakhir. Terpisah, CEO Daniel Zhang menambahkan bahwa perubahan perjanjian dengan pedagang di Alibaba tidak akan berdampak besar pada bisnis perusahaan.

Usai pengumuman denda itu, saham Alibaba justru menguat lebih dari 6 persen pada Senin (13/4) kemarin. Meskipun, harga sahamnya masih rendah lebih dari 20 persen dibandingkan November lalu, lantaran regulator China menunda rencana Initial Public Offering (IPO) Ant Group.

Alibaba merupakan salah satu grup bisnis di sektor teknologi yang terkemuka di China. Grup ini didirikan oleh Jack Ma.

Namun, saham perusahaan merosot sejak pemerintah China memperketat pengawasan pada perusahaan. Ini merupakan tindakan keras oleh Presiden Xi Jinping sebagai salah satu prioritas utama negara pada 2021 yang diklaim bertujuan untuk menjaga stabilitas sosial.

aat ini, Jack Ma sendiri tengah menghilang dari publik usai menyampaikan kritik keras pada pemerintah China. Namun, sebuah laporan menyebutkan bahwa miliarder itu tidak menghilang. Jurnalis CNBC David Faber melaporkan hal tersebut pada Selasa (5/1) dengan mengutip seorang sumber yang dekat dengan Ma.

Jack Ma disebut memang sengaja tidak muncul ke publik. Faber mengatakan Ma sengaja untuk tidak terlihat ke publik, namun ia tidak menghilang.