Belum Selesai, Trump Sudah Tuding Pilpres AS Dipenuhi Penipuan Besar

Jakarta, law-justice.co - Proses pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) masih dalam penghitungan dan belum selesai. Meski begitu, Donald Trump sudah menuding bahwa ada penipuan besar dalam Pilpres AS tahun 2020.

Hal itu terkait penghitungan suara. Trump menyebut upaya untuk menghitung seluruh surat suara sama saja dengan mencabut hak pilih para pendukungnya.

Baca juga : Marak Demo Bela Palestina, Joe Biden: Tak Ubah Posisi AS ke Israel!

"Jutaan dan jutaan orang memilih kami. Dan sekelompok orang yang sangat menyedihkan, sedang berupaya mencabut hak kelompok orang itu. Dan kami tidak akan membiarkannya. Kami tidak akan membiarkannya," ujar Trump dalam pidatonya di East Room Gedung Putih, seperti dilansir CNN, Rabu (4/11/2020).

Dalam pidatonya, Trump bersikeras menyatakan negara-negara bagian yang masih melakukan penghitungan suara saat ini, menunjukkan dirinya unggul atas rivalnya, Joe Biden, dan hal ini seharusnya mendorong penetapan kemenangan dirinya, meskipun ada suara signifikan yang belum selesai dihitung. Diketahui bahwa beberapa negara bagian masih melakukan penghitungan surat suara via pos, yang sejak awal ditentang Trump dan disebutnya rawan penipuan.

Baca juga : Joe Biden Blokir TikTok, Ini Respons Warga AS

Trump menyatakan dirinya telah bersiap menyatakan kemenangan pada Selasa (3/11) malam waktu AS, namun tidak jadi. "Kita telah bersiap untuk perayaan besar. Kita memenangkan semuanya. Dan tiba-tiba saja dibatalkan," ucapnya.

Lebih lanjut, Trump tanpa dasar mengklaim adanya penipuan dalam pilpres tahun ini. "Penipuan besar di negara kita," tuduhnya seperti dilansir ABC News.

Baca juga : Disebut Negara Kanibal oleh Biden, PM Papua Nugini Protes

"Ini penipuan terhadap publik Amerika. Ini memalukan bagi negara kita," ujar Trump dalam pidatonya. "Terus terang, kita memenangkan pemilu ini," klaim Trump, meskipun jutaan suara masih terus dihitung di beberapa negara bagian.

Ditegaskan Trump bahwa pihaknya akan membawa masalah ini ke pengadilan. "Kita akan mendatangi Mahkamah Agung AS. Kita ingin semua penghitungan suara dihentikan," tutupnya.