China Jadi Sasaran, Dituduh Biang Kerok Kasus Pembobolan di Inggris

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah China diduga menjadi dalang di balik pembobolan sistem pembayaran gaji di Kementerian Pertahanan Inggris.

Menteri Pertahanan Grant Shapps tak blak-blakan menyebut biang keladi serangan di lembaganya. Namun, ia mewanti-wanti soal ancaman yang disebabkan serangan siber dari negara-negara berbahaya.

Baca juga : Soal Investasi, Infiltrasi dan Invasi China

Sistem yang digunakan oleh Kementerian Pertahanan menyimpan data-data sensitif personil di dalamnya. Antara lain nama dan detil bank, bahkan ada beberapa alamat rumah karyawan Kementerian Pertahanan.

China mengatakan pihaknya menentang segala bentuk serangan siber, dikutip dari BBC, Selasa (7/5/2024).

Baca juga : Putin Bakal Temui Xi Jinping Pekan Ini, Bahas Strategi Lawan AS?

Sistem kini sedang dipulihkan oleh kontraktor eksternal. Pemerintah mendeteksi adanya pembobolan data dalam beberapa hari terakhir.

Belum ada bukti yang menunjukkan hacker menghapus data dari sistem. Namun, hacker membuat seakan-akan data terhapus.

Baca juga : Pemerintah Tawarkan 81 Proyek Investasi Rp 239 T ke Pengusaha China

Menteri Kabinet Mel Stride mengatakan pemerintah menanggapi isu keamanan siber dengan serius dan langsung bertindak cepat.

Dugaan bahwa hacker China merupakan dalang belum bisa dikonfirmasi sepenuhnya. Biasanya, butuh waktu berbulan-bulan, bahkan bisa tahunan, untuk mengumpulkan bukti yang cukup dalam menentukan pelaku.

Spekulasi soal serangan dari China menyeruak karena biasanya hacker dari Negeri Tirai Bambu menargetkan data-data personil di Kementerian Pertahanan.

Sementara itu, anggota Parlemen Inggris Iain Duncan Smith blak-blakan menyebut China merupakan ancaman bagi pemerintah Inggris.

"Jangan lagi menyangkal. China adalah aktor berbahaya yang mendukung Rusia dengan uang dan alat militer, bekerja dengan Iran dan Korea Utara dalam poros negara totalitarian," jelas dia.

Saat ditanya soal tuduhan China di balik penyerangan tersebut, Menteri Luar Negeri China Lin Jian membantah.

"Tuduhan dari politikus Inggris sangat tidak masuk akal," ungkapnya.