WHO Kembali Ungkap Fakta Baru Soal Kemunculan Virus Corona

Jakarta, law-justice.co - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali mengungkap sebuah fakta baru tentang virus corona. Kali ini terkait kemunculan virus corona yang ternyata sudah ada sejak Maret, bukan Desember 2019.

Namun, menurut perwakilan WHO saat itu virus corona tidak aktif. Virus dikatakan tidak aktif ketika berada dalam sistem (sel) tetapi tidak menyerang tubuh. Seperti sedang tidur siang, virus menunggu lingkungan yang tepat untuk diaktifkan kembali.

Baca juga : Curah Hujan Tinggi, Kereta Cepat Whoosh Alami Keterlambatan

Reaktivasi adalah proses di mana virus laten beralih ke fase replikasi, dan ini dapat dipicu oleh kombinasi rangsangan seluler eksternal atau internal.

"Virus ini hidup pada hewan dan pada titik tertentu menular ke manusia. Sulit untuk mengatakan kapan dan di mana ini terjadi. Itu sedang diselidiki. Virus dapat ditemukan di air limbah. Tapi tidak ada yang bisa menjelaskan secara khusus," kata perwakilan WHO seperti dikutip Boldsky via viva.co, Kamis (16/7/2020).

Baca juga : Penjelasan KCIC soal Heboh Gerbong Kereta Cepat Whoosh Bocor

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Tom Jefferson, seorang tutor senior di Pusat Pengobatan Berbasis Bukti (CEBM) mengungkapkan hal yang sama. Pakar itu menyebut, virus corona baru sudah ada di seluruh dunia dan bisa pecah kapanpun dan di manapun saat ada kondisi menguntungkan.

Namun, pernyataan ini bertentangan dengan klaim bahwa virus corona dimulai di China pada Desember 2019.

Baca juga : Indonesia Ternyata Belum Memiliki Aturan Kereta Cepat

"Saya pikir virus sudah ada di sini (di mana-mana). Kita mungkin melihat virus yang tidak aktif yang telah diaktifkan oleh kondisi lingkungan," kata Jefferson.

Banyak ahli virus dan ahli kesehatan telah menemukan jejak covid-19 dalam air limbah. Dalam sampel air limbah Barcelona yang dikumpulkan pada Maret 2019, para ahli menemukan jejak virus SARS-CoV-2. Sedangkan menurut Institut Kesehatan Nasional Italia, sampel air limbah dari Milan dan Turin, menunjukkan jejak virus corona terdeteksi pada 18 Desember 2019.