Pandemi Virus Corona, 13 Universitas Terancam Tutup

law-justice.co - Setidaknya 13 universitas berisiko ditutup karena hutang sebesar £19 miliar yang melilit lembaga-lembaga pendidikan tersebut, akibat dampak dari pandemi virus corona, demikian hasil penelitian terbaru. 

Mereka mungkin membutuhkan dana talangan pemerintah, restrukturisasi hutang atau merger untuk bertahan hidup. Jika ada gelombang kedua virus yang signifikan, dan negara kembali melakukan lockdown, universitas yang terancam tutup bisa mencapai 20. 

Baca juga : Fadel Muhammad Dicecar KPK Soal Kurang Bayar di Kasus APD Covid-19

Institute for Fiscal Studies (IFS) telah memperingatkan bahwa institusi yang umumnya kurang bergengsi berada pada risiko insolvensi terbesar. Ini karena mereka memasuki krisis keuangan yang lemah dan sedikit memiliki aset bersih. Lembaga-lembaga ini mungkin tidak akan bertahan dalam jangka panjang jika mereka dibiarkan tanpa dukungan keuangan, tambahnya.

IFS memperkirakan, kerugian jangka panjang di sektor pendidikan tinggi Inggris dapat mencapai antara £3 miliar dan £19 miliar, atau antara 7,5% dan hampir setengah dari keseluruhan pendapatan sektor ini dalam satu tahun. Bahkan situasi yang paling mungkin akan melihat kerugian sebesar £11 triliun. Ada sekitar 130.000 siswa yang terdaftar di 13 institusi yang paling berisiko tersebut.

Baca juga : Import MoLis Makin Dipermudah Masuk RI Jalanan Bak Neraka

Laporan IFS, yang didanai oleh Nuffield Foundation, mengatakan, "Meskipun tidak ada preseden untuk likuidasi universitas yang didanai publik di Inggris, jelas merupakan kebijakan pemerintah jika universitas ditutup.”

Lembaga mengalami kerugian besar karena tidak ada yang mendaftar, khususnya siswa internasional. Universitas juga kehilangan pendapatan dari akomodasi siswa dan katering untuk investasi jangka panjang, sehingga meningkatkan defisit skema pensiun yang disponsori universitas.

Baca juga : Kemenkes Sebut Harga Vaksin Covid-19 Mandiri Tak Ditentukan Pemerintah

Laporan itu mengatakan, "Lembaga-lembaga dengan risiko terbesar cenderung memiliki kerugian prediksi yang lebih kecil, tetapi telah memasuki krisis dalam bentuk keuangan yang buruk."

Kelangsungan hidup masa depan universitas tergantung pada posisi neraca sebelum krisis, bukan pada perkiraan kerugian dari virus corona. Ia menambahkan bahwa respons pemerintah akan sangat penting dalam menentukan masa depan lembaga-lembaga ini. 

"Kebangkrutan sebuah universitas dapat menyebabkan gangguan signifikan terhadap pendidikan siswa, berpotensi membuat mereka tidak dapat menyelesaikan gelar mereka," IFS memperingatkan.

Penelitian IFS menyimpulkan, untuk sekitar selusin universitas, kepailitan cenderung menjadi prospek yang sangat nyata tanpa dana talangan pemerintah. (Daily Mail)