Sudah Dikubur, Jenazah Pelajar SMPN Turi Korban Susur Sungai Tertukar

law-justice.co - Jenazah korban meninggal dunia dari peristiwa susur sungai Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, ada yang tertukar. Bahkan, jenazah sudah dimakamkan akhirnya dibongkar lagi makamnya.

Jenazah tersebut diketahui bernama Faneza Dida Amalia, 13 tahun, asal Glagah Omboh, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Jenazah Faneza diakui oleh salah satu keluarga korban lain. Hal tersebut diketahui saat orang tua Faneza mendatangi rumah sakit Bhayangkara, Kalasan, Sleman.

Baca juga : Jokowi Dinilai Tidak Ikut Campur Soal Erina Masuk Bursa Pilkada Sleman

Saat itu, keluarganya menemukan beberapa ciri-ciri baju dan perhiasan yang dipakai korban Faneza. Saat dikonfirmasi jenazah yang dimaksud sudah diambil oleh keluarga yang tinggal di Kembangarum, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Sleman.

Paman Faneza, Agus Riyanto mengatakan, dapat informasi bahwa jenazah keponakannya dengan ciri-ciri yang disebutkan tersebut sudah dimakamkan oleh keluarga korban yang di tempat lain. "Ketahuannya dari ciri ciri baju dan perhiasan yang dikumpulkan dari pihak rumah sakit, tapi katanya sudah dikubur," katanya usai menerima santunan dari Mahfud MD di SMPN 1 Turi, Sleman pada Sabtu, 22 Februari 2020

Baca juga : PN Sleman Vonis Mati Dua Pelaku Mutilasi Mahasiswa UMY

Agus menceritakan sejak mendengar musibah susur sungai Sempor di Desa Donokerto, Kecamatan Turi pada Jumat sore, keluarga berpencar mencari informasi di sejumlah lokasi. Ada yang mendatangi posko, rumah sakit maupun klinik di mana korban dikumpulkan.

Namun sampai malam hari setelah kejadian itu, korban belum juga ditemukan. "Problemnya ada klaim dari pihak lain. Kondisinya itu sempat tertukar jenazah keponakan saya sudah dibawa keluarga lain," ucapnya.

Baca juga : Ganjar Komit Untuk Berikan Fasilitas Hingga Akses Untuk Anak Bangsa Berprestasi

Menurut dia jasad keponakan sudah dikubur pada Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB usai ditemukan setelah kejadian. Sementara keluargnya baru mendapat kabar tersebut pada Sabtu, 22 Februari 2020 sekitar pukul 02.30 WIB."Saya nunggu info sampai setengah 3 pagi tapi sudah dikuburkan oleh pihak keluarga lain. Jam 3 malam dibongkar kemudian paginya diserahkan ke keluarga saya," ucapnya sedih.

Agus memahami hal itu. Alasannya, saat itu setiap keluarga korban merasakan kepanikan. Sehingga mengira jenazah tersebut adalah putri yang mereka cari. "Tapi memang itu kondisi panik. Katanya rambutnya sama-sama panjang akhirnya diklaim keluarga mereka," kata dia.

Jam 3 malam dibongkar kemudian paginya diserahkan ke keluarga saya.

Setelah jenazah Faneza dikembalikan ke keluarga korban, siang harinya kembali dimakamkan. Pihak keluarga mengaku sudah mengikhlaskan kepergian putrinya karena musibah.

Menurut Agus, seminggu sebelum kejadian itu, ayah korban yang bernama Suprapto mengaku merasakan keganjalan dan keanehan. Saat itu, ayah korban tiba-tiba mencuci semua boneka milik putrinya. "Hanya itu saja. Kondisi orang tua korban baik sudah menerima musibah ini," ucapnya.

Musibah ini terjadi saat mereka mengikuti kegiatan Pramuka. Mereka merupakan kelas 7 dan 8 dari SMPN 1 Turi Sleman sebanyak 249 orang. Saat para pelajar melakukan penyusuran, tiba-tiba terjadi banjir yang akhirnya menyeret beberapa pelajar

Ratusan pelajar yang mengikuti kegiatan tersebut, 239 siswa yang sudah berada di sekolah dan selamat. Sementara update terakhir sudah ada delapan pelajar yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Dua lainnya masih belum ditemukan atau dalam pencarian.

Adapun nama korban meninggal adalah Sovie Aulia, 15 tahun, warga Sumberejo, Kaliurang, Srumbung, Magelang; Arisma Rahmawati, 13 tahun, warga Turi, Sleman; Nur Azizah, 15 tahun, warga Kembangarum, Donokerto, Turi; Lathifa Zulfah, 15 tahun, warga Kembangarum, Donokerto, Turi.

Kemudian, Khoirunnisa Nurcahyani Sukmaningdyah, 14 tahun, warga Karanggawang, Girikerto, Turi; Evieta Putri Larasati, 13 tahun, warga Girikerto, Turi; Faneza Dida, 13 tahun, warga Glagahombo, Girikerto, Turi; serta Nadine Fadilah, 12 tahun, warga Kenaruhan, Donokerto, Turi. (Tagar.id)