Marak Kerajaan Palsu, Guru Besar UGM: Mereka Bukan Orang Bodoh

Jakarta, law-justice.co - Timbul banyak pertanyaan di kalangan masyarakat soal Fenomena kemunculan kerajaan-kerajaan fiktif seperti Keraton Sejagat, Sunda Empire hingga Indonesia Mercusuar.

Mulai dari motif yang melatarbelakangi terbentuknya kelompok tersebut, hingga mengapa banyak orang berbondong-bondong menjadi pengikut kelompok-kelompok yang nampak delusional itu.

Baca juga : KPK Masukkan Eks Kadis PUPR Papua ke Lapas Sukamiskin

Menyoal hal ini, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman angkat bicara.

Dia menilai sosok di balik kemunculan kerajaan-kerajaan fiktif tersebut bukanlah orang-orang "bodoh" sebagaimana yang kerap diasumsikan.

Baca juga : Bahlil : Realisasi Investasi Kuartal I-2024 Capai Rp 401,5 Triliun

"Tingkat pendidikan formal yang menyebut dirinya raja dan ratu tersebut tidak rendah. Pengetahuan mereka lumayan, saya yakin mereka pernah belajar sejarah. Oleh karena itu mereka juga bisa menggunakan simbol-simbol kebesaran dan pesan moral yang terdapat dalam kerajaan," ujarnya.

Dia menduga motif utama yang melatarbelakangi munculnya "kerajaan" tersebut adalah faktor ekonomi. Para petingginya ingin melakukan penipuan melalui manipulasi sejarah dan warisan kejayaan tradisi lokal yang masih kental hidup di masyarakat.

Baca juga : Ini Isi Pertemuan Jokowi dengan PM Singapura Lee Hsien Loong

"Orang jadi mudah percaya, hal itu bisa membangkitkan emosi untuk bergabung sebagai pengikut dan melupakan nalar sehat. Para raja dan ratu itu memposisikan diri seolah bisa memberi perlindungan ekonomi bagi para pengikutnya," jelasnya. (ayobandung.com).