Kapolda Papua: Hoaks Lebih Dipercaya daripada Pemerintah

Jakarta, law-justice.co - Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw heran lantaran hoaks yang beredar di dunia maya lebih dipercaya dibandingkan dengan imbauan dari pemerintah.

Menurutnya, hal ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan.

Baca juga : Status Internasional 17 Bandara Dicabut, Konektivitas Udara Efisien

"Saya pikir ini jadi tantangan kita bersama untuk kita ikuti seperti apa permasalahan yang sedang ada di lingkungan kita. Saya pribadi merasa sedikit tertantang karena itu kok bisa secepat itu mereka percaya dengan berita seperti itu dan mengabaikan pernyataan atau imbauan ajakan daripada pemangku kepentingan berturut-turut dari pemerintah pusat, pemprov, pemkab itu udah berusaha tetapi juga tidak terlalu mengikuti," ujar Paulus di Hotel Grand Alisson, Sentani, Jayapura, Selasa (1/9/2019).

"Mereka lebih banyak lebih suka dengan berita-berita yang diviralkan dari medsos. Saya pikir tantangan bagi kita generasi tua katakan untuk melihat generasi milenial sekarang dalam mengekspresikan pikiran mereka," sambungnya seperti dilansir dari Detik.com.

Baca juga : Tentukan Nasib Sendiri & Dekolonisasi Masyarakat Adat di Papua Barat

Hal itu disampaikan Paulus saat membuka acara `Focus Group Discussion: Memperkuat Keterpaduan Antar Elemen Masyarakat dalam Melawan Berita Hoaks Guna Menjaga Kedamaian di Tanah Papua`. Acara itu dihadiri para pemangku adat dan tokoh agama Papua.

Dia kemudian memberi contoh dari hoaks yang membuat heboh. Salah satunya hoaks terkait rasisme sehingga menyebabkan 3.000 mahasiswa dan pelajar Papua pulang kampung gara-gara merasa tidak nyaman.

Baca juga : Kejagung Bisa Sita Harta Sandra Dewi, Ini Alasannya

"Sekarang luar biasa karena dampak dari perkataan rasis yang dilemparkan di Surabaya tanggal 15, ya 15 Agustus kalau tidak salah itu berangkai dari Malang, kemudian tanggal 17 terjadilah viral berita hoaks itu berita yang menghebohkan sekarang kita rasakan ada sejumlah mahasiswa pelajar yang sudah kembali ke tanah Papua karena merasa tak aman nyaman dan sebagainya katanya begitu yang kurang-lebih terdata lebih 3.000-an," kata Paulus.

Dia kemudian menyebut kembalinya mahasiswa asal Papua dari lokasi belajar juga memberi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Hingga saat ini, kata Paulus, Pemprov Papua terus berupaya meyakinkan agar para mahasiswa ini kembali ke lokasi belajarnya.

"Saya juga melihat persoalan yang sedang terjadi Bapak Gubernur sudah usaha sungguh-sungguh, para Bupati sudah sungguh-sungguh sampaikan imbauan ajakan pada anak-anak kita untuk melakukan hal-hal yang mereka lakukan misal yang sudah eksodus di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, Sulawesi kembali ke sini untuk kembali ke kota studi mereka sampai hari ini belum ada jawaban belum terealisasi keinginan mereka untuk kembali," ucap Paulus.

Paulus juga menyinggung soal kondisi keamanan di Wamena. Dia meyakinkan situasi sudah aman.

"Ada apa ini, demikian juga berbagai hal dengan saya keliling ke pengungsi kita coba yakinkan jika situasi sudah aman tapi jawaban satu mereka sudah trauma kami sangat ketakutan terhadap kejadian yang terjadi. Manusiawi juga tapi situasi kenapa bisa seperti ini yang kemudian pemangku kepentingan nggak bisa banyak lalukan upaya untuk 2-5 tahun yang lalu," sebutnya.

"Saya ingat kalau ada kejadian kita kumpulkan tokoh pimpinan umat kita duduk bersama bicara masing-masing ajak imbau keluarga, warga, umat, itu langsung bisa diselesaikan cepat," imbuh Paulus.