PBB Ungkap Pelbagai Sumber Dana ISIS

Jakarta, law-justice.co - Kantong dana Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kian tahun terpantau semakin menurun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis jumlah tahun ini menurun dari 2018 yang tercatat Rp28 triliun.

Tahun ini seperti dilansir Merdeka.com pada Kamis (8/9/2019), Sekretaris PBB Antonio Guteres membeberkan jumlah kekayaan ISIS sebesar USD 300 juta atau setara dengan Rp4,3 triliun. Angka ini melorot jauh.

Baca juga : Berkas Lidik Korupsi SYL Bocor, KPK Bakal Lacak Pelakunya

Selain merilis jumlah kekayaan ISIS, PBB juga mendeteksi dari mana saja sumber dana tersebut. Seperti dilansir dari Merdeka.com, berikut sumber-sumber kekayaan ISIS hingga menghasilkan miliaran dolar:

Pertambangan Minyak

Baca juga : Kasus Firli Mandek, Kejaksaan Sebut Polda Belum Lengkapi Berkas

Sejak kehilangan wilayah kekuasaan di Suriah dan Irak, sumber pendanaan ISIS menjadi terputus. Padahal modal paling banyak didapat dari pertambangan minyak ini.

Lalu bagaimana ISIS bisa dapat uang dari pertambangan minyak? Caranya, ISIS menyelundupkan minyak mentah itu ke Turki dan Iran. Para ahli industri perminyakan meyakini kelompok ISIS mendapatkan minyak itu dari wilayah sebelah utara Kota Mosul dan mengirimkannya lewat truk tangki milik mereka supaya minyak itu bisa diolah menjadi diesel dan bensin.

Baca juga : Politisi Demokrat Ajak Seluruh Pihak Bersatu Membangun Bangsa

Menurut surat kabar The Telegraph, perampasan minyak itu terjadi di Kota Tuz Khurmatu di pinggiran wilayah Kurdi.

"Cukup mudah bagi ISIS mengebor tanah dan menyalurkan minyak lalu mengirimkannya lewat truk-truk tangki di wilayah mereka kuasai," kata pengamat industri perminyakan Irak Shwan Zulal.

Penjualan Barang-Barang Antik

Dana dari pertambangan minyak mulai seret, ISIS mendapat uang dari penjualan barang-barang antik. Menurut PBB, penjualan barang-barang antik itu dilakukan dari Irak. Kemungkinan cara ini menjadi sumber pendanaan lain bagi ISIS. Namun tempat penjualannya hanya pemimpin ISIS yang tahu.

"Detail barang antik yang diperdagangkan dan lokasi penjualannya hanya diketahui oleh pemimpin ISIS," jelas Sekretaris PBB Antonio Guterres dalam rilisnya.

Beberapa barang yang dijual seperti barang berusia 2.000 tahun. Barang antik itu pernah dilelang di situs lelang e-Bay. Kemudian koin-koin kuno, atau perhiasan-perhiasan masa lalu.

Palak Berkedok Zakat

ISIS juga mendapat dana dari hasil memalak para pengusaha. Namun cara mereka tidak secara terang-terangan memalak, melainkan menggunakan cara `berzakat`. Dari hasil memalak itu, mereka bisa mendapat USD 200 juta atau Rp2,8 triliun.

Jika para pengusaha itu menolak `berzakat`, mereka harus siap disiksa. Selain itu, kelompok ISIS diketahui telah mendorong para pendukungnya di Timur Tengah, Afrika, dan Asia, untuk memiliki kemandirian finansial.

Penculikan dan Tebusan

ISIS dikenal sebagai kelompok yang kejam. Mereka bisa menculik dan menyiksa tawanannya. Beberapa tahun yang lalu, salah satu tawanan ISIS tewas dipenggal karena tidak ada yang memberikan tebusan.

Dana ISIS juga masuk dari aksi penculikan. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengungkapkan, ISIS memiliki dana yang cukup besar yang mereka dapatkan dari hasil penebusan sandera penculikan, yang kemudian dipakai untuk membayar anggota dengan jumlah yang juga besar.

Ketua Free Syrian Army, Sayap Pemberontak Suriah, Sheikh Hassan membeberkan jaringan ISIS cepat melebar lantaran pasokan dana yang cukup besar.

"Bayaran yang diterima para anggotanya lebih besar, mereka dilatih dan dipersenjatai dengan baik. Bahkan lebih baik dari tentara Irak dan Suriah," ujar Sheikh Hassa.