Pemerintah Bakal Tambah Porsi Utang Bermata Uang Cina, Tapi ...

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah membuka peluang untuk menambah porsi surat utang dalam mata uang Cina, renminbi atau yuan. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting menjelaskan saat ini utang Indonesia masih didominasi oleh dolar Amerika Serikat, Euro, dan Yen.

Ia membeberkan, utang dalam bentuk renminbi masih di bawah 1%. Yaitu 0,12% (2014), 0,10% (2015), 0,07% (2016), 0,06% (2017), 0,05% (2018), 0,04% (Juni 2019).

Baca juga : APBN Surplus, Pemerintah Tetap Tarik Utang

"Kalau memang ke depannya arah kita memang juga ada rencana memang menambah termasuk exposure utang kita dalam renminbi, ruang itu seharusnya terbuka," kata Loto di Jakarta seperti dilansir Antara pada Kamis (25/7/2019).

Loto menambahkan, selain dari tiga mata uang yaitu dolar AS, Yen dan Euro, jumlah lain masih di bawah satu persen.

Baca juga : Kasus DBD Meningkat, Seluruh Elemen Terkait Perlu Cari Solusi

Meski begitu, kata dia, renminbi bisa menjadi alternatif jika memang memiliki nilai kompetitif dibandingkan dengan tiga mata uang asing lainnya.

"Kita punya dolar AS, euro, yen, kita bisa hitung kira-kira dia (renminbi) masih kompetitif enggak, kalau dia kompetitif sebenarnya ada ruang untuk kita gunakan," kata Loto.

Baca juga : PKS: `Dissenting Opinion` MK, Momentum Perbaiki Kualitas Pemilu

"Kalau memang arah ke depannya ini kapasitas pasarnya sustain, ke depannya selalu ada, dan juga size-nya going forward, makin bisa besar, itu juga bisa menjadi pertimbangan kami," lanjut dia.

Lebih lanjut, Loto menjelaskan dalam penambahan porsi renminbi juga perlu memperhatikan kepercayaan investor. Menurut dia, investor akan lebih nyaman jika mata uang tersebut telah konsisten hadir dalam pasar itu.

"Bukan cuma oportunistik, kita juga melihat belajar dari pengalaman di pasar internasional, umumnya investor loyal mengharapkan konsistensi kehadiran (mata uang itu) dari borrower di pasar mereka," kata dia.

Itu sebab pemerintah tidak ingin terburu-buru pula melakukan penambahan porsi renminbi. Terlebih, saat ini pemerintah berniat untuk secara perlahan-lahan mengurangi dominasi utang mata uang asing, dan secara perlahan-lahan meningkatkan porsi mata uang rupiah.

"Kita sudah punya saat ini pasar yang cukup besar untuk menopang kebutuhan foreign denominated influence. Ini yang harus kita hati-hati, jangan terburu-buru, semua elemennya mau dipertimbangkan," ujar Loto.