Bencana Palu

Sudah 10 Bulan, Korban Bencana Palu Masih Kesulitan Penuhi Kebutuhan Hidup

law-justice.co - Terhitung sudah 10 bulan berlalu bencana alam berupa gempa, tsunami, dan likuifaksi yang mengguncang Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Peristiwa alam itu telah memporak-porandakan Kota Palu pada 28 September 2018 lalu. 

Hingga 10 bulan ini, ratusan penyintas di Kota Palu masih tinggal di tenda darurat, Sabtu (13/7) sore. Selama berbulan-bulan mereka tinggal di tenda darurat pengungsian, dan berbagai masalah sosial dihadapi para penyintas.

Baca juga : Kapolres Jaksel Pecat 6 Anggotanya yang Terlibat Narkoba dan Desersi

Seperti dikutip melalui Tribunnews, hal itu terjadi di lokasi pengungsian Gedung Olahraga (GOR) Madani, kompleks Lapangan Golf, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Di lokasi pengungsian yang dihuni 84 kepala keluarga dengan 321 jiwa itu, penyintas kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ketersediaan logistik menjadi salah satu hal yang sulit terpenuhi bagi penyintas yang berasal dari pesisir pantai Teluk Palu di Jalan Komodo tersebut.

Baca juga : Eks Bupati Kuansing Dipenjara Terkait Korupsi Bangun Hotel Rp 22 M

Koordinator Posko Pengungsian, Gusti Muhammad Rifai mengatakan, logistik seperti beras, telur, mie instan, dan ikan kering sudah tidak mereka terima dalam lima bulan terakhir. 

"Terakhir terima sekitar bulan Februari 2019 lalu, sampai sekarang tidak terima lagi jaminan hidup," jelas Gusti, dikutip melalui Tribunnews.

Baca juga : Saat Elit Partai Ogah Beroposisi, Sibuk Koalisi Cari Apa?

Untuk memenuhi kebutuhannya, kata Gusti, para penyintas di lokasi pengungsian itu terpaksa harus bekerja serabutan.

Sebagian besar bekerja sebagai buruh bangunan, menjadi pedagang kaki lima, dan pengrajin souvenir. Akan tetapi, mereka masih kerap kesulitan bekerja jadi buruh, sebab belum memiliki pekerjaan tetap.

"Kadang bekerja seminggu, putus lagi kerjaannya, putus lagi penghasilannya," ungkap Gusti.

Masalah sosial lainnya, yaitu ketersediaan air bersih untuk 321 jiwa di lokasi pengungsian tersebut. Di lokasi pengungsian itu tidak tersedia sumber air dan hanya berharap suplai air bersih dari pemerintah.

"Bahkan kadang sampai berhari-hari tidak ada masuk air, untuk ini saja, sudah ada 3 hari tidak ada disuplai air," lanjutnya.