Krisis Venezuela dan Tensi Iran Hambat Kesepakatan Minyak Global

law-justice.co - Pembicaraan antara organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan mitra-mitranya bulan depan kemungkinan akan dihambat oleh ketegangan di Iran dan krisis ekonomi-politik di Venezuela, kata Menteri Energi Kazakhstan Kanat Bozumbayev, Senin (24/6).

OPEC dan negara-negara lainnya penghasil besar minyak, termasuk Rusia dan Kazakhstan, akan bertemu di Wina, Austria, pada 1-2 Juli, untuk membahas apakah kesepakatan produksi minyak yang akan berakhir setelah 30 Juni, akan diperpanjang atau tidak.

Baca juga : Amerika Umumkan Bantuan Militer Hampir Rp100 T untuk Ukraina

"Tampaknya tidak akan mudah," kata Bozumbayev, Senin, kepada para wartawan soal pertemuan itu. Ia menyebutkan pihak-pihak terkait saat ini memperlihatkan sikap berbeda soal kesepakatan tersebut.

Ia mengatakan baik Iran maupun Venezuela dikenai berbagai sanksi oleh Amerika Serikat. "Apakah mereka ingin (memperpanjang) atau tidak? Sulit dipastikan," katanya.

Baca juga : Kemendag Optimistis Utang Rafaksi Minyak Goreng Lunas Bulan Depan

Kazakhstan sendiri ingin kesepakatan itu diperpanjang untuk paruh kedua tahun ini, katanya.

Menurut Bozumbayev, harga minyak pada kisaran 60-70 dolar AS (sekitar Rp848 ribu-Rp990 ribu) per barel adalah harga yang "pas".

Baca juga : Iran Ultimatum Hancurkan Israel Jika Terus Menyerang

Ia mengatakan harga minyak tidak perlu dinaikkan. "Tidak ada yang perlu itu karena produksi di sebuah negara besar akan meningkat. (Negara) yang tidak ikut dalam kesepakatan," katanya, mengacu pada Amerika Serikat, yang tidak masuk dalam kesepakatan produksi.

Sebagaimana yang dilansir dari Antara, Amerika Serikat saat ini memproduksi sekitar 12 juta barel per hari.