Data Pribadi Founder AyoJagaTPS Bocor, Pengamat: Bentuk Intimidas

Jakarta, law-justice.co - Analis Sosial dari Universitas Bung Karno, Muda Saleh menyayangkan terjadinya pembocoran data pribadi ke publik oleh akun media sosial. Lebih-lebih data pribadi tersebut diduga bocor dari perusahaan penyedia layanan selular pelat merah, Telkomsel.

"Apa yang terjadi pada inisiator dan Co-Founder aplikasi pemantau Pemilu AyoJagaTPS, James Falahuddin tampaknya menjadi bukti bahwa perusahaan provider bisa saja menjadi alat untuk menganggu kelompok yang ingin menyampaikan kebenaran. Dalam hal ini pemantau Pemilu 2019," kata Muda Saleh dalam perbincangan dengan TIMES Indonesia, Rabu (1/5).

Baca juga : KPK Tindaklanjuti Dugaan Gratifikasi Telkomsel ke Denny Siregar

“Padahal seharusnya provider bisa melindungi konsumennya dari hal apapun yang ingin mencoba masuk dan mengetahui data si pemilik kartu,” tambahnya.

Untuk meyakinkan kepercayaan publik sekaligus mengklarifikasi apa yang terjadi, Muda Saleh, menegaskan tidak cukup Telkomsel hanya menyampai siaran pers.

Baca juga : Nugroho Jadi Dirut Baru Telkomsel, Sarwoto Komisaris

“Telkomsel belum memberikan tanggapan terhadap James. Inikan bisa saja mengarah pada bentuk intimidasi terhadap kelompok pengawal Pemilu yang mengeluarkan data real count C1," ujarnya.

"Masyarakat bisa mengetahui hasil Pemilu dari berbagai sumber. AyoJagaTPS ini adalah salah satu alternatifnya,” tambahnya.

Baca juga : Rekrutmen BUMN, Telkomsel Buka Banyak Posisi Lowongan Kerja untuk S-1

Menurut Muda Saleh, alasan James ingin mendapatkan langsung penjelasan Telkomsel sangat beralasan. Terlebih, James telah mengetahui bahwa konfigurasi tersebut hanya ada di Telkomsel dan bukan dari perbankan.

"Apa salahnya pihak Telkomsel mengklarifikasi atau memberikan tanggapan terhadap apa yang diungkapkan James," kata Muda Saleh.

Menurut Muda Saleh, pembocoran data pribadi yang sangat dilindungi, kemudian diumbar ke publik apapun itu alasannya sangat berbahaya.

"Bila benar diretas, sangat disayangkan perusahaan pelat merah ini dari sistem keamanannya," kata Muda Saleh.

Kasus yang menimpa James, menurut Muda Saleh, contoh preseden buruk di alam demokrasi. Seseorang yang mengawal demokrasi yang mungkin merugikan pihak tertentu sampai harus membuka data pribadi seseorang yang dilindungi.

"Saya berharap pihak Telkomsel dapat menjelaskan ini agar tidak ada rasa ketakutan bagi pemilik kartu Telkomsel lainnya yang juga mengharapkan adanya perlindungan konsumen dari perusahaan yang notabene milik negara," ujar Muda Saleh.

James awalnya mengeluhkan data registrasi kartu prabayarnya dipublikasikan oleh akun lain di sosial media yang menyebut dirinya El diablo. Keresahannya tersebut disampaikan ke akun Telkomsel dan di takutkan ke YLKI.

"Selamat sore @Telkomsel, mau tanya kenapa kira-kira data registrasi pasca bayar saya bisa muncul di akun anonim ini ? Ini sudah kedua kalinya loh ... dan gak ada penjelasan yang proper dari Tsel. Bagaimana dengan perlindungan data pelanggan ini ? Cc : @YLKI_ID," cuit James lewat akun Twitter @mjamesf pada Minggu (28/4/2019).

AyoJagaTPS adalah aplikasi pemantau pemilu yang mengeluarkan data real count C1. Dalam situs ini hingga kemarin mengunggulkan pasaaangan duet Prabowo-Sandi sekira 63 persen.

"Sampai saat ini saya masih menunggu niat baik Telkomsel," ulang James Falahuddin inisiator aplikasi AyoJagaTPS.