Kasus Audrey Dinilai sebagai Bentuk Hilangnya Rasa Kemanusiaan di Diri Anak

law-justice.co - Kasus pengeroyokan terhadap Audrey, siswi SMP oleh sejumlah siswi SMA di Pontianak dinilai sebagai bentuk hilangnya rasa kemanusiaan terhadap anak.

"Miris, anak-anak kita tidak memiliki karakter yang kuat, rasa kemanusiaannya hilang," kata pemerhati pendidikan anak, Hardi Selamat Hood Kota Batam, Kepulauan Riau, Jumat (12/4).

Baca juga : Ditetapkan Polisi, Anak 6 SD di Simalungun Jadi Pelaku Perundungan

Hadi mengatakan sulit mempercayai anak usia SMA bisa melakukan perundungan yang menciderai orang lain, bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit. Perundungan, kata dia, bukan hanya terjadi di saat ini, melainkan sejak dulu. Namun, tidak sampai melukai orang lain.

"`Bully` sering terjadi, cuma dilakukan dalam konteks permainan, candaan. Gurau biasa," kata Hadi.

Baca juga : Oknum TNI Hajar 4 Pria Depan Polres karena Duga Terlibat Pengeroyokan

Menurut dia, perundungan yang berakhir dengan pengeroyokan bisa terjadi karena terinspirasi dari berbagai hal yang dilihatnya, termasuk permainan canggih (game).

"Perkembangan teknologi dahsyat, games yang memberikan inspirasi, itu terjadi," kata dia yang pernah menjabat Ketua Dewan Pendidikan Kota Batam itu.

Baca juga : Pihak Korban Perundungan Binus Sayangkan Tersangka Hanya Wajib Lapor

Untuk mengantisipasi agar kasus itu tidak berulang, maka dibutuhkan ketahanan keluarga. Menurut dia, pertahanan keluarga penting. Karena anak-anak adalah binaan keluarga, yang akan membentuk karakter generasi selanjutnya.

Hadi melihat pertahanan keluarga sudah makin memudar, dengan banyaknya orang tua yang menitip anak ke lembaga lain untuk membesarkan buah hatinya.

"Kami di DPD sudah mengusulkan RUU Ketahanan Keluarga, yang memaksa orang tua bertanggung jawab pada anak," kata dia.