Kasus Tipikor Kementan

SYL ke Saksi di Sidang Kasus Korupsi: Saya Tidak Perlu Dibela

Jakarta, law-justice.co - Bekas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan dirinya tak perlu dibela dalam kasus dugaan gratifikasi dan pemerasan. SYL meminta saksi yang dihadirkan dalam persidangan menjawab pertanyaannya dengan jujur dan tak membelanya.

"Kami beri kesempatan kepada terdakwa untuk bertanya kepada saksi, silakan," kata ketua majelis hakim Rianto Adam Pontoh dalam persidangan di PN Tipikor Jakarta, Rabu (8/5/2024).

Baca juga : Begini Respons Anies Baswedan soal Kisruh UKT Mahal

"Bismilahirohmanirohim. Yang Mulia, yang kami cintai kami hormati, Pak Jaksa Penuntut Umum (JPU), para saksi. Pada kesempatan ini Yang Mulia, saya berharap dijawab dengan hati aja, karena pertanyaannya juga ringan-ringan, jangan bela saya, saya tidak perlu dibela. Yang kalian harus sampaikan," ujar SYL.

SYL menyebut saksi yang dihadirkan dalam persidangan merupakan bekas anak-anaknya di Kementan. Dia mengaku sudah siap menghadapi kasus tersebut.

Baca juga : Helikopter Presiden Iran Alami Kecelakaan di 600 KM Barat Laut Teheran

"Karena ini bekas anak-anak saya Pak, temen-temen JPU, maafkan saya. Artinya jawab dengan sejujurnya aja, saya sudah siap dengan segalanya kok," ujar SYL.

Ada tiga pertanyaan yang disampaikan SYL ke saksi. Ketiga pertanyaan itu terkait dengan perjalanan dinas ke Brasil, Amerika, hingga permasalahan yang saat itu dihadapi, yakni El Nino, kenaikan harga daging, tahu, dan tempe hingga pupuk.

Baca juga : Tewaskan 3 Orang, Ini Kronologi Pesawat Jatuh di BSD

"Yang pertama, perjalanan ke Brasil itu, ini kan jauh banget, 34 jam. Kalian tahu nggak isinya apa? Yang perintah saya kan negara, Presiden, dan itu hasil keputusan ratas. Di sana itu ada nggak persoalan dalam negeri yang lagi tidak baik-baik, antara lain harga tempe, tahu lagi naik. Jawab saya. Lagi naik nggak ? Kira-kira sebentar itu jawaban saya, adik-adik ku. Yang kedua, ada nggak persoalan dengan daging mulai naik karena terjadi El Nino? Sehingga suplai dari Australia berkurang bapak? Maaf saya terangkan saja karena terbakar di sana, kita bersoal 280 juta orang itu tanggung jawab saya, saya dipaksa oleh presiden untuk berangkat juga melalui sebuah ratas. Maafkan saya bapak," kata SYL.

"Yang terakhir, tahu nggak kalau masalah pupuk juga bersoal di seluruh dunia? Dan saya harus berhadapan dengan pertemuan dengan Rusia dan Ukraina di sana bapak, yang harus keluar dari Ukraina dan berada di apa namanya negaranya itu, Venezuela, hanya untuk membicarakan masalah pupuk. Nah sekarang ini perjalanan dinas atau perjalanan non-dinas gitu? Sementara anggaran kita turun pak, dari Rp 24 triliun menjadi Rp 14 triliun. Saya mau tanya kalian, satu, apakah ada perintah saya untuk kumpul-kumpul uang? Atas nama itu ada nggak?" imbuh SYL.

SYL lalu menanyakan pernah atau tidaknya saksi mendengar perintahnya meminta uang atau memberikan ancaman. Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Hermanto dan mantan Direktur Perbenihan Perkebunan Kementan, Gunawan, yang dihadirkan sebagai saksi mengaku tak pernah mendengar langsung perintah tersebut dari SYL.

"Tidak ada, ya kan perintah dari Pak Sekjen," jawab Hermanto.

"Pernahkah saya mengancam-ancam orang dalam semua pertemuan, `kalau kau nggak ikutin saya, saya pecat kamu` pernah nggak?" tanya SYL.

"Secara langsung dari Pak Menteri, saya, Pak SYL tidak," jawab Hermanto.

"Pak Gunawan, kau kan Eselon II. Kau pasti pernah berhadapan sama saya, kamu pernah nggak mendengar?" tanya SYL.

"Tidak pernah," jawab Gunawan.

"Pernah nggak kau merasa saya paksa atau saya ancam gitu?" tanya SYL.

"Tidak Pak," jawab Gunawan.

"Jawab ke Allah," timpal SYL.

"Tidak Pak," jawab Gunawan.

SYL mengatakan dirinya melakukan perjalanan dinas ke Brasil hingga Amerika menggunakan pesawat untuk mengurus masalah yang dihadapi Kementan. Masalah itu di antaranya pertemuan menteri pertanian seluruh dunia hingga persoalan pangan.

"Saya yakin ini jalan karena selama kami, Pak, harga nggak naik, beras nggak naik, karena ini ada kaitannya dengan apa yang ada. Jadi perjalanan-perjalanan pakai pesawat dan lain-lain itu untuk kepentingan itu bapak. Yang terakhir bapak, maafkan saya, kan menghadapi PMK dan antraks dan ini yang ditakuti dunia dan kami aman Pak. Perjalanan ke USA itu best practice Indonesia di dunia pertemuan antara seluruh menteri pertanian di dunia untuk menaikkan anggaran pangan di seluruh dunia. Kalian tahu itu?" tanya SYL.

"Nggak, saya Pak," jawab Hermanto dilansir Detik.

"Kamu?" tanya SYL.

"Tahu," jawab Gunawan.

"Jadi itu bapak, maafkan saya kalau sedikit. Dua hal itu menjadi bagian-bagian yang saya anggap penting untuk, semua juga harus tahu itu bahwa ini untuk kepentingan kita, 280 juta orang. Terima kasih Pak, saya akan jawab secara tertulis nanti saat pembelaan," kata SYL.

Sebelumnya, SYL didakwa melakukan pemerasan dan menerima gratifikasi dengan total Rp 44,5 miliar. Dia didakwa bersama dua eks anak buahnya, yakni Sekjen Kementan nonaktif Kasdi dan Direktur Kementan nonaktif M Hatta. Kasdi dan Hatta diadili dalam berkas perkara terpisah.