Wartawati Akui Alami Pelecehan Seksual Saat Kampanye Ganjar-Mahfud

[INTRO]

Kejadian memilukan terjadi pada Sabtu (11/2/2024) di Simpang Lima Semarang ketika acara kampanye akbar Hajatan Rakyat Ganjar-Mahfud berlangsung.

Seorang jurnalis perempuan mengakui telah menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang ajudan yang terkait dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saat sesi wawancara dengan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Puan Maharani.

Momen memalukan itu terjadi di tengah-tengah sesi wawancara doorstop oleh para wartawan.

Baca juga : Kades di Cirebon Sebar Ciri-ciri 3 DPO Pembunuh dan Pemerkosa Vina

Ketika situasi tengah ramai, seorang jurnalis perempuan tiba-tiba berteriak hebat setelah merasakan sentuhan tidak senonoh dari salah seorang ajudan yang mengenakan seragam krem dan in ear terpasang di telinganya.

"Dalam kejadian itu, saya merasa sangat terganggu dengan apa yang dilakukan oleh oknum tersebut. Jangan pegang-pegang. Ini tuh kemaluan," teriak korban dengan lantang pada oknum ajudan yang diduga telah melanggar batas-batas privasi dan rasa hormat pada profesi jurnalistik.

Baca juga : RUU Penyiaran Harus Lebih Serius Atur Tayangan pada Platform OTT

Ketegangan semakin terasa ketika terungkap bahwa sentuhan yang tidak pantas itu tidak hanya terjadi sekali, melainkan dua kali.

Korban, yang kemudian mengalami kehancuran emosional, menyatakan bahwa setelah dua kali insiden tersebut, oknum ajudan itu hanya bisa mengucapkan kata maaf sebelum meninggalkan tempat kejadian.

Baca juga : Ini Kritik Walhi Jakarta Soal Rencana Heru Budi Buat Pulau Sampah

"Setelah dua kali itu dia bilang `sorry, sorry`. Aku sempat bilang `ini kemaluan lho mas`. Orangnya langsung pergi," ungkap korban dengan suara tercekat oleh emosi dan kejutan.

Ketidaksenonohan oknum ajudan tersebut juga disaksikan oleh jurnalis lain yang hadir dalam acara tersebut.

Salah seorang jurnalis tersebut menduga bahwa orang yang terlibat adalah seorang ajudan karena mengenakan seragam serta memiliki earphone dan HT.

Kejadian ini menimbulkan kegemparan di antara puluhan awak media yang menyaksikan insiden tersebut secara langsung. Tangisan histeris korban menjadi gambaran nyata betapa traumatisnya pengalaman yang dialaminya.

Hingga berita ini diturunkan, pihak yang terkait dengan Puan Maharani tengah melakukan identifikasi terhadap oknum ajudan yang diduga melakukan pelecehan seksual tersebut.

Langkah-langkah lebih lanjut diharapkan segera diambil untuk menangani kasus ini secara tegas dan adil.

Kejadian pelecehan seksual ini merupakan pukulan bagi profesionalisme dalam dunia jurnalistik serta menyoroti perlunya perlindungan lebih lanjut terhadap wartawan, terutama dalam konteks kerja lapangan yang seringkali menempatkan mereka dalam situasi rentan seperti ini.

Selain itu, insiden ini juga menjadi momentum untuk mengingatkan akan pentingnya etika dan perilaku yang sesuai dalam setiap lingkungan kerja, termasuk dalam acara politik yang sifatnya publik