Israel Akhirnya Akui Negara Palestina, Tetapi Kenapa Baru Sekarang?

Jakarta, law-justice.co - Belum lama ini, dunis tengah dihebohkan oleh pernyataan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid yang dengan lantang menyuarakan dukungan pembentukan negara Palestina di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Berbagai pertanyaan langsung muncul, termasuk mengenai alasan Israel baru menyatakan dukungan ini sekarang, padahal pemerintahan sebelumnya seolah menolak usulan tersebut.

Baca juga : Cemas Ditahan ICC soal Gaza, Netanyahu: Tak Ada yang Bisa Setop Israel

Dalam pidatonya, Lapid menegaskan dukungan Israel terhadap solusi dua negara sebagai cara mengakhiri konflik dengan Palestina.

Dengan solusi tersebut, Palestina dan Israel berdiri sebagai negara berdaulat, merdeka, dan hidup berdampingan.

Baca juga : AS Ancam Tinggalkan Israel usai Biden-Netanyahu Cekcok soal Gaza

"Sebuah kesepakatan dengan Palestina berdasarkan solusi dua negara untuk dua bangsa adalah hal yang tepat untuk keamanan Israel, untuk ekonomi Israel, dan untuk masa depan anak-anak kita," kata Lapid seperti melansir cnnindonesia.com.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, mengatakan bahwa pernyataan Lapid cuma upaya untuk mencari dukungan menjelang pemilu legislatif pada 1 November mendatang.

Baca juga : Jika Netanyahu Buka Front Perang di Lebanon, AS Tolak Dukung Israel

"Biasa itu mendekati pemilu, bisa jadi mencari simpati pendukungnya warga negara Israel keturunan Arab," kata Fahmi kepada CNNIndonesia.com.

Dia bahkan menegaskan pernyataan Lapid bukan karena ingin damai, tapi semata bermuatan politis.

"Enggak [murni ingin damai]. Sudah biasa menjelang pemilu. Masing mending ini. Biasanya [Israel] menyerang Jalur Gaza untuk mendapat dukungan dari Yahudi garis keras," ucap Fahmi.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, juga menilai ucapan Lapid omong kosong.

"Ucapan Perdana Menteri tidak terlampau banyak artinya. Hanya sebuah sinyal kepada dunia, khususnya Presiden Amerika Serikat, [Joe] Biden, bahwa Israel tetap berniat baik," kata Suzi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/9).

Lebih lanjut, Suzie menyinggung soal Lapid yang berasal dari Partai Yesh Atid. Partai itu dikenal berhaluan tengah atau moderat.

Sementara itu, Presiden AS saat ini, Biden, juga berasal dari Partai Demokrat, yang mengutamakan solusi dua negara.

"Jelas arahan Presiden Biden ke Israel bahwa solusi dua negara perlu dihidupkan kembali," ujar Suzie.

Omong kosong ini semakin terlihat ketika pasukan Israel dilaporkan menyerbu Jalur Gaza hanya beberapa hari setelah Lapid berpidato di sidang Majelis Umum PBB.

Pada Selasa petang, International Middle East Media melaporkan Angkatan Laut Israel menyerang kapal nelayan Palestina di utara Jalur Gaza, Rafah, dan selatan jalur itu, Beit Lahia.

Di Tepi Barat, konflik juga masih kerap berkecamuk. Pada akhir pekan lalu, pasukan Israel menembak milisi Palestina saat operasi rutin di dekat Nablus.