Salamuddin Daeng, Ekonom Alternatif

Saat Presiden Jokowi Tidak Sanggup Lagi

Jakarta, law-justice.co - Subsidi mencapai Rp. 700 triliun, uang darimana? Atau darimana uangnya? APBN tidak akan sanggup! Begitu kata presiden Jokowi.

Besar sekali memang angka subsidi BBM yang disebut presiden! Tapi apakah itu angka yang aktual terjadi dalam APBN 2022?

Baca juga : Penyair Joko Pinurbo Meninggal Dunia di Usia 61 Tahun

Bukan! Itu sinyalelemen bahwa ekonomi Indonesia akan memburuk. Akan ada faktor yang secara significant mengakibatkan angka subsidi membengkak secara tidak wajar. Apa itu?

Harga minyak tampaknya bukan merupakan faktor utama yang akan membengkak kan subsidi hingga hampir setara dengan penerimaan pajak saat ini.

Baca juga : Nasib Hak Angket Ketika PKB dan Nasdem ke Koalisi Prabowo - Gibran

Harga minyak akan flugtuatif naik turun, naik ke 120 dolar per barel atau turun kembali ke 80 dolar per barel. Lalu apa penyebabnya?

Hampir pasti adalah nilai tukar. Mengapa nilai tukar? Karena nilai tukar adalah faktur utama kerentanan ekonomi Indonesia.

Baca juga : Membongkar Peran Anak Perusahaan dalam Dugaan Fraud di Indofarma

Sekarang nilai tukar Indonesia hampir mendekati kondisi pada krisis 98. Ke depan bahkan mungkin nilai tukar akan memburuk melewati level krisis yang pernah memporak porandakan negeri ini.

Pada era pemerintahan SBY 10 tahun lalu, nilai tukar rupiah terhadap USD berada pada kisaran rata rata Rp. 7000 - Rp. 8000 per USD.

Sementara rata rata nilai tukar di masa pemerintahan Jokowi Rp. 14. 000 - Rp. 15.000 per USD.

Apa yang dikatakan Presiden Jokowi bahwa subsidi BBM bisa mencapai Rp. 7000 triliun bisa terjadi jika kurs sekitar Rp. 20.000- Rp. 25.000 per USD. Mungkin kah? Mungkin saja.

Nilai tukar Indonesia yang sekarang telah turun separuh dibandingkan masa presiden SBY. Jadi kalau pemerintahan ke depan turun 1/3 dari nilai sekarang bukan hal yang tidak mungkin.

Mengapa kurs bisa merosot begitu besar. Bisa? Tahun ini 2022 devisa Indonesia menurun 12 miliar dolar dibandingkan tahun lalu.

Sementara utang luar negeri pemerintah Indonesia berkurang 13 miliar dolar dibandingkan tahun lalu. Ini adalah masalah serius.

Apa yang terjadi, pemerintah Indonesia tidak bisa mendapatkan aliran uang dalam mata uang asing yang selama ini menambal APBN.

Sementara capital outflows tidak bisa ditahan karena membiayai impor BBM dan membayar utang pemerintah yang sudah sangat besar. Hancurlah nilai tukar!

Benar kata teman saya, kalau para pengusaha bisa menahan agar aset mereka tidak berkurang separuh saja tahun tahun mendatang, maka itu sudah sangat hebat.

Katanya. Bisa jadi ini kemerosotan yang menyebabkan kehilangan 2/3 dari apa yang Indonesia miliki sekarang. Itulah bahayanya kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap USD.

Subsidi BBM Rp. 700 triliun adalah signal agar masyarakat Indonesia bersiap siap menyongsong kejatuhan nilai tukar.

Tidak ada yang dapat membendungnya. Pemain keuangan kelas dunia menikmatinya. Bandit bandit keuangan di Indonesia telah bersiap dengan tidak menyimpan harta mereka dalam rupiah. Dari dulu! Rasanya Jokowi tidak akan sanggup lagi.