Wajar Mahfud MD Bilang Menjijikan,

Hasil Autopsi Dubur Brigadir J Kelar, Motif LGBT Sambo Makin Terlihat

Jakarta, law-justice.co -  

Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso menyinggung soal isu LGBT kasus kematian Brigadir Joshua.

Baca juga : Heru Budi Sebut Penonaktifan NIK Lindungi Warga dari Kriminalitas

Sugeng tak begitu tahu kebenaran adanya kasus LGBT yang diduga menjadi motif kematian Brigadir Joshua.

Namun kabarnya hasil autopsi Brigadir Joshua akan disampaikan pada Senin 22 Agustus 2022, termasuk hasil autopsi dubur dan kelamin korban Brigadir Joshua.

Baca juga : Cek Syaratnya, Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1

“Jadi selain LGBT ini juga isu yang saya dengar. Yang menarik bukti autopsi karena keluarga Joshua minta otopsi dubur. (autopsi dilakukan atau tidak). Kita gak tau ni. Hari Senin katanya mau ada laporan hasil otopsi,” kata Sugeng saat jadi tamu podcast Hazairin Sitepu atau Bang HS di Graha Pena Bogor beberapa waktu lalu.

Kebenaran adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir Joshua akan terang benderang bila hasil autopsi dubur Brigadir Joshua telah diumumkan.

Baca juga : Status Internasional 17 Bandara Dicabut, Konektivitas Udara Efisien

Autopsi ulang Brigadir Joshua termasuk autopsi dubur Brigadir Joshua sendiri sudah dilakukan pada Rabu 27 Juli lalu.

“Hari Senin mau ada laporan hasil autopsi. Apakah ada serangan kelamin terhadap Joshua. Serangan kelamin, misalnya dipotong. Mungkin. Karena itu diminta kaluarganya,” ujarnya.

Kendati Sugeng belum membenarkan adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir Joshua, namun pernyataan Kadiv Humas Polri dan Menko Polhukam Mahfud MD seakan membenarkan bahwa motif pembunuhan Brigadir Joshua adalah LGBT.

“Tapi pernyataaan itu (LGBT) terwakili dengan pernyataan Dedi Prasetyo. Kasian kedua belah pihak. Si Pak Mahfud mengatakan, motif ini 18 tahun ke atas. Menjijikkan,” ujarnya.

Menurut Sugeng, isyarat motif menjijikan itu yang disebut Mahfud MD sebenarnya tak mengarah kepada kontek perselingkuhan.

Pasalnya perselingkuhan itu merupakan hal biasa terjadi di tengah masyarakat.

“Menjijikkan. Nah menjijikkan itu apa. Kalau misalnya selingkuh tidak menjijikkan. Selingkuh itu sesuatu yang biasa kalau dia hiperseksual,” beber Sugeng.

Berbeda halnya dengan konteks seksual yang menjijikkan, Jelas hal tersebut hanya mengarah kepada kasus LGBT

“Tapi kalau konteks seksual yang menjijikkan itu dalam sosial kita yang tidak bisa diterima. Ya LGBT,” ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD sebelumnya mengatakan motif pembunuhan yang dilakukan mantan Kadiv Propam, Irjen Ferdi Sambo terhadap korban Brigadir Joshua biarlah akan dikonstruksikan hukumnya.

Pasalnya motif pembunuhan Brigadir Joshua tersebut sangat sensitif dan menjijikkan serta hanya bisa didengar oleh orang-orang dewasa.

“Motifnya sensitif dan menjijikkan. Mungkin hanya boleh didengar oleh orang dewasa,” kata Mahfud yang diunggah di Youtube Kemenkopolhukam pada Rabu, 10 Agustus 2022.

Sementara itu, Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto mengatakan, motif Ferdy Sambo membunuh Brigadir Joshua tak bisa diungkap ke publik karena menjaga perasaan kedua keluarga.

“Ini menjaga perasaan semua pihak, biarlah (motif pembunuhan Brigadir J) jadi konsumsi penyidik,” kata Agus.

Jenderal bintang tiga ini juga menuturkan, semua motif pembunuhan Brigadir Joshua itu nantinya akan dibuka di persidangan.

Karena itu, Agus meminta semua pihak dan masyarakat agar tetap menyerahkan sepenuhnya ke polisi untuk menuntaskan kasus pembunuhan Brigadir Joshua.

“Motif nanti akan terbuka saat persidangan,” ujarnya.