Polisi India Tangkap Dalang Pemenggal Kepala Penjahit Beragama Hindu

Jakarta, law-justice.co - Dalang atau aktor utama di balik kasus pemenggalan kepala seorang penjahit beragama Hindu di Udaipur, Rajasthan telah ditangkap oleh polisi India. Keterangan resmi polisi menyatakan bahwa dua pria Muslim yang berasal dari area barat laut India telah ditetapkan sebagai dalang utama di balik kejahatan itu.

"Kami telah menangkap dua dalang utama serta dua orang eksekutor yang melakukan kejahatan keji tersebut," ujar Prafulla Kumar, petugas polisi senior di wilayah Udaipur, seperti dilansir melalui pemberitaan Reuters, Sabtu (2/7/2022).

Kumar juga mengatakan bahwa layanan internet saat ini sudah dapat diakses secara bertahap di Udaipur, meski pasukan keamanan masih menjaga ketat buntut kejadian pemenggalan kepala ini.

Sebelumnya, Polisi India telah menangkap dua pria yang memenggal kepala seorang penjahit beragama Hindu di Udaipur karena mendukung politikus partai berkuasa, Bharatiya Janata (BJP), yang menghina Nabi Muhammad.

Para pelaku mengabadikan aksinya dalam rekaman video mengenaskan penuh darah yang diedarkan di media sosial hingga viral. Pemerintah Udaipur kemudian memblokir internet di daerah itu dan melarang aktivitas perkumpulan demi mencegah penyebaran lebih jauh hingga bentrokan lebih lanjut.

Pemenggalan tersebut memicu kecaman dan demonstrasi dari penduduk. Tokoh Muslim dan organisasi Islam di India mengecam insiden tersebut. Menteri Persatuan untuk Urusan Minoritas India Mukhtar Abbas Naqvi menegaskan tindakan itu bertentangan dengan Islam dan kemanusiaan.

Kecaman serupa juga muncul dari Dewan Hukum Pribadi Muslim Seluruh India (AIMPLB) dan Jamiat Ulema-e-Hind menyebut tindakan pemenggalan di Udaipur tak Islami.

Sementara itu, ribuan warga di India ramai-ramai turun ke jalan menuntut pelaku dijatuhi hukuman mati. Negara ini diketahui masih menerapkan hukuman eksekusi.

Menurut media lokal, insiden pemenggalan ini bermula saat korban membagikan unggahan yang terkesan mendukung pernyataan jubir BJP Nupur Sharma sekitar beberapa pekan lalu.

Dalam pernyataannya di televisi nasional, Sharma menghina Nabi Muhammad hingga memicu protes di dalam negeri hingga kecaman dari negara mayoritas Muslim dan negara Barat.

Sepuluh hari usai korban mengunggah dukungannya soal komentar Sharma di media sosial, kedua eksekutor merangsek toko jahitnya dengan menyamar sebagai pelanggan. Tak lama, kedua pelaku menyerang korban dengan pisau besar.

Pihak berwenang kemudian bergegas mengerahkan polisi ke lokasi kejadian. Pihak berwenang juga bergegas mengamankan Udaipur demi mencegah potensi bentrokan antar umat Muslim dan Hindu pecah lagi.

Sejak pernyataan kontroversialnya memicu kecaman terhadap India dari setidaknya 20 negara, Sharma tak terlihat lagi di depan publik.

Pada Jumat (1/7), para hakim dari Mahkamah Agung India juga menyatakan bahwa Nupur Sharma harus meminta maaf kepada seluruh rakyat India setelah pernyataannya yang menyulut tensi panas berlandaskan agama di India, hingga memicu amarah dari negara-negara Islam dan memicu ketegangan diplomatik.

Beberapa peristiwa anti-Islam besar lainnya pernah terjadi di India sejak era pemerintahan Modi berkuasa. Dalam sebuah laporan bahkan menyebut, ia telah mengubah India menjadi negara nasionalis Hindu yang otoriter.

Kasus lain yang berkaitan dengan sentimen anti-Islam secara terang-terang juga pernah terjadi melalui alat negara.

Salah satunya saat pengadilan di India menilai memakai hijab bukan prinsip penting dalam Islam. Putusan itu muncul usai beberapa mahasiswa Muslim menuntut hak mereka mengenakan hijab di kampus Karnataka.

Lalu ada pula aparat kepolisian yang menghancurkan rumah penduduk karena diduga mereka beragama Islam usai bentrok Muslim-Hindu tak lama setelah festival Ram Navara berlangsung.

Dari jumlah kasus itu tampak yang kerap berseteru adalah pihak Hindu radikal dan disokong pemerintah.