Booster Sinovac Disebut Ada Efek Samping, Warga Malaysia Ketakutan

Malaysia, law-justice.co - Vaksinasi tahap 1 dan 2 telah selesai dilakukan disebagian besar wilayah Malaysia, akan tetapi warga dilanda kekhawatiran jika ada penggabungan merek untuk booster vaksin Covid-19.


Negara bagian Sarawak di Malaysia disebut akan terus menggunakan vaksin virus Corona (COVID-19) buatan Pfizer-BioNTech, yang disetujui Kementerian Kesehatan, sebagai suntikan booster untuk warganya.

Baca juga : Kronologi 10 Awak Tewas Usai 2 Helikopter Militer Malaysia Tabrakan

Seperti dilansir media lokal Borneo Post Online, Jumat (12/11/2021), Departemen Kesehatan Sarawak menyatakan pihaknya baru akan menggunakan vaksin Corona buatan Sinovac sebagai suntikan booster dalam keadaan tertentu.

Wakil Direktur Departemen Kesehatan Sarawak, Dr Rosemawati Ariffin, mengatakan pemberian dosis booster di seluruh wilayah Sarawak dilakukan sesuai dengan kebijakan terbaru Kementerian Kesehatan, di mana hanya vaksin Pfizer-BioNTech yang diperbolehkan bagi penerima dosis primer Pfizer-BioNTech atau Sinovac.

Baca juga : Kemendikbud Buka Lowongan Guru untuk CLC di Malaysia, Ini Syaratnya

"Namun, vaksin Sinovac hanya digunakan sebagai dosis booster dalam keadaan tertentu, seperti, jika penerima vaksin memiliki kontraindikasi atau alergi terhadap vaksin Pfizer-BioNTech," tutur Dr Rosemawati menjelaskan.

Lebih lanjut, Dr Rosemawati menekankan bahwa suntikan booster Corona diberikan kepada individu-individu yang memenuhi syarat yang masuk kelompok berisiko tinggi, dengan selang waktu dari dosis kedua sesuai dengan tipe vaksin primer yang diterima sebelumnya.

Baca juga : Bareskrim Berhasil Gagalkan Penyelundupan 19 Kg Sabu dari Malaysia

"Kebijakan ini sejalan dengan surat edaran dan instruksi terbaru soal penerapan dosis booster dan dosis ketiga dari MoH (Kementerian Kesehatan) Malaysia," imtuhnya.

Penjelasan Dr Rosemawati itu menanggapi pernyataan anggota dewan daerah Bukit Assek, Irene Chang, yang menyebut vaksin Corona diberikan sebagai dosis booster kepada warga Sabah, namun hanya vaksin Pfizer-BioNTech yang tersedia sebagai dosis booster di Sarawak.

Chang menyatakan bahwa 77,7 persen populasi Sarawak disuntik vaksin Sinovac sebagai dosis pertama dan kedua, sehingga mayoritas dari mereka merasa enggan dan sangat khawatir soal pendekatan vaksin `mix-and-match` ini.

Pemimpin Partai Tindakan Demokratik (DAP) telah menyerukan pemerintah Sarawak untuk menjadikan suntikan booster Sinovac tersedia untuk kelompok tersebut sesegera mungkin.

Ditambahkan Chang bahwa pemerintah seharusnya menyadari bahwa tidak peduli seberapa banyak data diberikan untuk menunjukkan keamanan pendekatan `mix-and-match` untuk suntikan booster ini, masih ada warga yang tidak mempercayai data tersebut.