Kata Stafsus BUMN soal Utang Tersembunyi Cina untuk Kereta Cepat

Jakarta, law-justice.co - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Arya Sinulingga menegaskan bahwa kabar utang tersembunyi dari Cina yang mengalir ke proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah hoax.

"Ini hoaks dan tendensius. Tidak ada utang tersembunyi dari Cina untuk kereta cepat," kata Arya, Sabtu (16/10/2021).

Baca juga : Kelompok WNI Tawuran di Korea Selatan, 1 Tewas dan 4 Luka-luka

Arya menerangkan, semua pinjaman dari Cina tercatat dalam catatan Pinjaman Komersial Luar Negeri (PKLN) Bank Indonesia.

Istilah utang tersembunyi sebelumnya diungkapkan oleh AidData, laboratorium penelitian pengembangan internasional yang berbasis di William & Mary`s Global Research Institute.

Baca juga : Menteri Teten Tegur Pejabat Kemenkop Soal Kisruh Warung Madura

Istilah itu muncul dalam laporan berjudul Banking on the Belt and Road yang disusun dengan menganalisis data mencakup 13.427 proyek di 165 negara senilai US$843 miliar. Proyek-proyek ini dibiayai oleh lebih dari 300 lembaga pemerintah dan badan-badan milik negara Cina.

Berdasarkan laporan AidData tersebut, besar utang tersembunyi Indonesia kepada Cina mencapai US$ 17,28 miliar (setara Rp 247,10 triliun, kurs Rp 14.300 per dolar AS) atau sebesar 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto.

Baca juga : Markas Judi Online di Tangerang Raup Omzet Rp10 Miliar dalam 4 Bulan

Yang dimaksud dengan utang tersembunyi dalam riset tersebut adalah utang yang diberikan kepada negara berkembang bukan melalui pemerintahan negara peminjam.
Secara umum, riset yang dirilis akhir bulan lalu itu menunjukkan bahwa sejak dicanangkannya BRI, 70 persen utang luar negeri Cina sekarang diberikan ke perusahaan milik negara, bank milik negara, special mission vehicles, usaha patungan, dan lembaga sektor swasta di negara penerima.

Utang ini, sebagian besar, tidak muncul di neraca pemerintah masing-masing negara. Namun, kebanyakan dari penerima utang mendapat manfaat melalui jaminan atau perlindungan pemerintah, secara eksplisit maupun implisit.

"Ini telah mengaburkan perbedaan antara utang swasta dan publik dan menciptakan tantangan manajemen keuangan publik yang besar bagi negara-negara berkembang," tulis publikasi tersebut.

Laporan AidData yang terbit pada September lalu itu pun menyoroti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang bakal menjebak pemerintah dalam utang besar kepada Cina.