JI Disebut Jual Nama Taliban sebagai Imam Mahdi untuk Galang Dana

Jakarta, law-justice.co - Kemenangan Kelompok Taliban di Afghanistan dipakai untuk merekrut dan menggalang dana oleh Jamaah Islamiyah (JI), meski keduanya tak punya kaitan organisasi.

Mantan anggota Jemaah Islamiah (JI), Nasir Abbas mengungkapkan anggota JI mengajak orang-orang agar bergabung dan merayakan kemenangan Taliban yang diklaim sebagai wujud perjuangan dan kemenangan umat Islam.

Baca juga : Ogah Oposisi, PKS Harap Didatangi Prabowo & Diajak Gabung Koalisi

"Taliban selalu dijadikan sebagai inspirasi atau alasan atau isu-isu yang diangkat untuk pendanaan, donasi dan lain-lain. Kemenangan Taliban itu dijadikan sebagai isu untuk perekrutan," kata Nasir dalam diskusi bertajuk `Berkuasanya Taliban di Afghanistan: Apa Pengaruhnya terhadap Indonesia?` yang digelar Sasakawa Peace Foundation dan Habibie Center secara virtual, Selasa (5/10).

Menurut Nasir, dalam propagandanya ustaz-ustaz JI menyebut bahwa Taliban tak ubahnya seperti "Imam Mahdi yang tidak terkalahkan" sejak era Rusia hingga Amerika Serikat.

Baca juga : Analisis BMKG, Ini Penyebab Terjadinya Gempa di Garut Jawa Barat

"Mungkin kita mendengar ustaz-ustaz penceramah bilang menggebu-gebu `Taliban hebat mengalahkan dua negara adi daya`, mereka tidak tahu sejarahnya," kata Nasir.

Imam Mahdi sendiri, dalam berbagai literatur dan pandangan ulama, dianggap sebagai sosok penyelamat di akhir zaman.

Baca juga : Gempa 6,5 M Terasa Hingga Jakarta, Asal Sumber Garut

Nasir menyebut penggunaan isu Taliban tak beda dengan propaganda yang menyebut ISIS sebagai kelompok yang tidak pernah kalah.

"Dulu di sini juga dikatakan seperti itu, ISIS dikatakan merekalah kelompok yang tidak terkalahkan, nyatanya terkalahkan juga," ujar eks narapidana teroris yang pernah mengikuti pendidikan militer di Afghanistan itu.

Tidak hanya itu, menurut Nasir kelompok tersebut juga mengecap orang-orang yang tidak turut merayakan kemenangan Taliban sebagai orang kafir. Padahal, Taliban hanya ingin menguasai Afghanistan dan tidak berurusan dengan organisasi lain.

"Penceramah mengatakan hanya orang kafir saja yang tidak merayakan kemenangan Taliban, sampai segitunya," seloroh dia.

Karenanya, Nasir mengingatkan agar masyarakat tidak terbuai dengan ajakan kelompok JI yang menggunakan isu kemenangan Taliban untuk merekrut.

"Mereka gunakan isu Taliban ini untuk merekrut, orang-orang percaya, semua orang jadi percaya sama mereka, wah ustaz ini hebat, analisa ustaz hebat," tuturnya.

Berdasarkan pemberitaan, Amerika mundur dari Afghanistan berdasarkan perjanjian antara rezim Donald Trump dengan Taliban, Februari 2020.

AS saat itu sepakat untuk menarik sisa pasukannya dari Afghanistan, sementara Taliban tidak membiarkan Al-Qaeda atau kelompok ekstremis lain beroperasi di wilayah kekuasaannya.

Sebagian pakar menyebut saat itu Trump memanfaatkan isu perang yang berlarut-larut di Afghanistan demi menjaga momentum jelang Pilpres AS.

JI, yang didirikan oleh Abu Bakar Ba`asyir dan Abdullah Sunkar, dengan Taliban sendiri tak mempunyai kaitan organisasi. Hanya saja, beberapa pentolan JI merupakan alumni pelatihan militer Afghanistan di bawah Al-Qaeda, organisasi teror yang pernah dilindungi Taliban.