Aksi Nyata Rusia Ingin Bantu Afghanistan Bentuk Pemerintahan Inklusif

law-justice.co - Rusia mendorong dunia untuk melakukan aksi nyata dalam membantu mendirikan pemerintahan sementara di Afghanistan menyusul serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul, Kamis, (26/8/2021) lalu.

Kekacauan yang terjadi di Afghanistan berpotensi menjadi lebih besar. Sebab, Rusia yakin keadaan ini bakal dimanfaatkan oleh ISIS yang merupakan dalang dari pemboman itu.

Baca juga : Meneropong Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Geopolitik Global

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengungkapkan intelijen Rusia berkejaran dengan waktu untuk mencegah kekacauan di Afghanistan merambat sampai ke sekutu-sekutu Rusia di wilayah Asia Tengah, yang merupakan negara bekas pecahan Uni Soviet.

"Kami melihat perlunya diambil tindakan dengan cepat dalam mengulurkan bantuan pada masyarakat Afghanistan sehingga mereka bisa membentuk sebuah pemerintahan transisi yang inklusif dalam tempo secepat-cepatnya," kata Lavrov seperti dikutip Reuters, Jumat (27/8/2021).

Baca juga : Analisis BMKG, Ini Penyebab Terjadinya Gempa di Garut Jawa Barat

Lavrov mengatakan pemerintahan inklusif tersebut termasuk kekuatan politik terbesar di Afghanistan.

Rusia, kata Lavrov, mengutuk serangan bom bunuh diri pada Kamis kemarin di luar gerbang Bandara Kabul, yang menewaskan 85 orang. Dari jumlah itu, 13 orang adalah tentara Amerika Serikat.

Baca juga : Amerika Umumkan Bantuan Militer Hampir Rp100 T untuk Ukraina

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan serangan bom bunuh diri tersebut menambah ketegangan di Afghanistan sehingga hampir setiap orang di sana merasakan bahaya.

Akibat peristiwa itu, aliansi keamanan CSTO yang dipimpin oleh Moskow mengumumkan akan menggelar latihan militer gabungan di Kyrgyzstan dan Tajikistan yang melibatkan ribuan pasukan.

Adapun latihan gabungan yang komandoi Rusia itu mulai digelar pada September hingga Oktober mendatang.