Jusuf Kalla: China dan Taliban Saling Membutuhkan

Jakarta, law-justice.co - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK) menyebutkan bahwa Taliban mendekati banyak pihak belakangan ini, salah satunya China. Menurut JK, Taliban dan China saling membutuhkan.

JK melihat kedekatan ini salah satunya dari pertemuan antara perwakilan Taliban dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, di Tianjin pada akhir Juli lalu.

Baca juga : Reuni UII, Ketua MA Baca Puisi

Wapres RI ke-10 dan ke-12 tersebut menuturkan China memang memiliki hubungan dekat dengan Afghanistan, termasuk pihak Taliban.

Selain itu, JK mengatakan China juga memiliki kepentingan ekonomi dengan Afghanistan yang merupakan negara dengan sumber daya alam melimpah.

Baca juga : Permainan Mengagumkan, Timnas Indonesia U-23 Dapat Bonus Rp23 Miliar

Afghanistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia.

Namun, pada 2010, pejabat militer dan ahli geologi AS mengungkap bahwa negara yang terletak di persimpangan Asia Tengah dan Selatan tersebut memiliki cadangan mineral senilai hampir US$1 triliun.

Baca juga : Bobby Nasution Resmi Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Medan

Cadangan mineral yang berada di tanah Afghanistan berupa besi, tembaga, emas, dan mineral tanah jarang yang tersebar di seluruh provinsi.

Namun, yang paling utama adalah Afghanistan memiliki cadangan lithium terbesar di dunia.

Lithium adalah komponen penting baterai dan teknologi lain yang saat ini masih langka.

"China juga membutuhkan sumber daya alam Afghanistan. Mereka kaya dengan tembaga, besi, batu bara, sampai lithium sehingga China memiliki kepentingan politik dan ekonomi di sana," kata JK.

Di sisi lain, JK melihat Taliban membutuhkan pengakuan China sebagai salah satu negara adidaya guna memperkuat pengakuan internasional terhadap kepemimpinannya di Afghanistan.

Sebab, menurut JK, Taliban saat ini memiliki peluang kecil untuk meminta pengakuan kepada negara Barat, terutama setelah menduduki Ibu Kota Kabul dan Istana Kepresidenan tak lama setelah AS menarik pasukan dari Afghanistan.

"AS dan negara Barat lainnya mungkin saat ini tidak akan mengakui Taliban sehingga mereka membutuhkan pengakuan itu dari negara lain," ujar JK.

Meski begitu, JK mengatakan lambat laun ketegangan Taliban dan negara Barat akan melunak. Pernyataan itu didasarkan JK dari pengalaman Perang Vietnam.

"Sama dengan Vietnam dulu perang dengan AS. Sepuluh sampai 20 tahun kemudian akhirnya mereka bersahabat kembali dengan Vietnam. AS mungkin nanti kembali ke Afghanistan bukan dalam bentuk pengerahan tentara, tapi kerja sama ekonomi," ujar JK.