Eks Pimpinan JI: Ada Potensi Rekrutmen Teroris Usai Kemenangan Taliban

law-justice.co - Eks Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Indonesia, Nasir Abbas, mengingatkan ada potensi terjadinya rekrutmen teroris usai kemenangan Taliban merebut Afganistan.

Menurutnya, potensi ini terjadi karena ada euforia kemenangan yang bisa menggiring kelompok yang pro dengan gerakan jihad ke dalam rekrutmen teroris.

Baca juga : Kelompok Teroris JI Kelompok Amrozi Ternyata Belum Musnah

"Menganggap ini kemenangan Islam. Akibatnya mereka mudah direkrut. Banyak dibaiat. Efek dari euforia membuat banyak orang untuk masuk," kata Nasir seperti dikutip Tempo, Sabtu (21/8/2021).

Nasir menjelaskan, hal serupa juga pernah terjadi pada 2013 lalu, saat kelompok teror ISIS menyatakan kemenangan mereka di Suriah dan membentuk negara khilafah.

Baca juga : Taliban Sebar Pesan Suara Pemimpin Tertingginya, Apa Isinya?

Saat itu, banyak simpatisan termasuk JI di Indonesia, menganggap euforia yang dipropagandakan ISIS sebagai kemenangan Islam. Mereka kemudian menggiring opini ini ke masyarakat.

Apalagi, kata Nasir, banyak simpatisan Jamaah Islamiyah yang masih tersisa saat ini. Penangkapan 53 terduga teroris oleh Mabes Polri, adalah salah satu bukti masih adanya sisa jaringan itu di Indonesia.

Baca juga : Taliban Larang Perempuan Afghanistan Bekerja di Lembaga Pemerintah

"Mereka mengubah strukturalnya, mereka mengubah strategisnya, mereka memperkuat kantong pundi-pundi dana mereka untuk mendanai gerakan mereka," jelasnya.

Terungkapnya Syam Organizer sebagai salah satu yayasan yang menjadi kedok JI di Indonesia, adalah salah satunya.

Nasir mengatakan saat ini JI memang cenderung menggunakan isu kemanusiaan sebagai kedok utama untuk mengumpulkan dana.

Tak jarang pendanaan itu digunakan untuk membeli tanah, kebun, agar ada modal yang lebih berkesinambungan.

"Dengan dana tersebut mereka juga membentuk badan analisa politik, badan hukum, badan opini masyarakat. Makanya suka ada penggalangan opini publik agar antipati pada pemerintah, itu bisa jadi mereka," kata Nasir.

Nasir meyakini penggalangan dana itu akan ditujukan untuk menggaji pengurus, pelatihan militer baik di dalam dan luar negeri, pengiriman orang, dan hingga untuk membeli senjata.