Siswa TK-SD Belum Divaksin, KPAI Minta Sekolah Tatap Muka Ditunda

Jakarta, law-justice.co - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah menunda rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Sebabnya berdasarkan survei KPAI yang melibatkan 85.298 responden dari 34 provinsi, diketahui 64,1 persen peserta didik berusia 12-17 tahun belum mendapatkan vaksin Covid-19.

Ia menilai pelaksanaan PTM terbatas di saat masih banyak anak yang belum divaksin akan berbahaya bagi mereka lantaran masih tingginya potensi penularan Covid-19.

Baca juga : Kemendikbud Buka Lowongan Guru untuk CLC di Malaysia, Ini Syaratnya

"Sampai saat ini (bahkan) tidak ada revisi (aturan) yang menyatakan bahwa seharusnya mensyaratkan PTM di gelar jika minimal 70 persen warga sekolah sudah di vaksin, mengingat sudah ada program vaksinasi anak usia 12-17 tahun," kata Retno lewat keterangan tertulis, Minggu (15/8/2021).

"Kalau hanya guru yang divaksin, maka kekebalan komunitas belum terbentuk, karena jumlah guru hanya sekitar 10 persen dari jumlah siswa. Sementara kekebalan kelompok terbentuk jika minimal 70 persen populasi sudah divaksin," ucap dia.

Baca juga : Pemerintah Sanksi Puluhan Kampus Pengirim Mahasiswa Magang di Jerman

KPAI pun meminta agar pemerintah daerah memastikan bahwa positivity rate di wilayah yang hendak menerapkan PTM terbatas sudah berada di angka 5 persen, sebagaimana yang dianjurkan badan kesehatan dunia (WHO).

"Pemerintah daerah harus jujur dengan positivity rate daerahnya dengan mengacu pada ketentuan WHO bahwa positivity rate di suatu daerah angkanya di bawah 5 persen baru aman membuka sekolah tatap muka," tutur dia. Adapun Survei KPAI kepada peserta didik usia 12-17 tahun di 34 provinsi menunjukkan sebanyak 64,1 persen responden anak belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Baca juga : Kata Kemendikbud soal Isu Kurikulum Nasional Ganti Kurikulum Merdeka

Survei dilakukan dengan menyebar Google form kepada 85.298 responden "Data survei menunjukan bahwa dari 86.000 lebih responden menyatakan kesediannya untuk divaksin sebesar 88,2 persen, sedangkan yang ragu-ragu ada 8,5 persen dan yang menolak divaksin hanya sekitar 3,3 persen responden saja," kata Retno.

"Namun dari yang menyatakan bersedia divaksin itu, baru 35,9 persen yang sudah beruntung mendapatkan vaksin, sedangkan 64,1 persen diantaranya belum divaksin," tutur dia.

Retno mengungkapkan dari 64,1 persen responden yang belum mendapatkan vaksin, 57,4 persennya menyebut alasannya belum divaksin karena belum berkesempatan mendapatkan vaksin Covid-19. "Kemungkinan data ini menggambarkan bahwa ada persoalan vaksinasi anak yang belum merata di berbagai daerah di Indonesia," ucap Retno.