Ketum PP Muhammadiyah: Musuh Terbesar Pers saat Ini adalah Buzzer!

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengucapkan Hari Pers Nasional yang jatuh setiap 9 Februari.

Dia mengatakan musuh terbesar dunia pers saat ini, khususnya pers online melalui jalur media sosial, ialah para buzzer yang nirtanggung jawab kebangsaan yang cerdas dan berkeadaban mulia.

Baca juga : Respons Ketum PP Muhammadiyah soal Polemik Jemaah Aolia Gunungkidul

Ia menyiratkan, pers harus mewaspadai buzzer agar kehidupan berbangsa dan bernegara tak terbawa pada suasana yang kontroversial, terlebih menjurus ke konflik sosial antaranak bangsa.

“Pers Indonesia secara khusus dalam dinamika politik kebangsaan saat ini penting menjalankan fungsi checks and balances sebagaimana menjadi DNA media massa sepanjang sejarah di negeri manapun,” kata Haedar dalam siaran tertulis, Selasa (9/2/2021).

Baca juga : Resmi, PP Muhammadiyah Umumkan Idul Fitri 1445 H pada 10 April 2024

Haedar berpesan, jadikan momentum bersejarah di dunia pers ini sebagai kekuatan yang mencerdaskan, sekaligus menjadi media checks and balances dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Dalam usaha mencerdaskan bangsa, fungsi pers yaitu media cetak, televisi, radio, dan kini media online niscaya menjadi pranata sosial yang mengedukasi elite dan warga bangsa agar menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, cerdas, beretika, dan berdaya kritis,” ujar pria berusia 62 tahun itu.

Baca juga : Ketum PP Muhammadiyah: Idulfitri 2024 Serempak dengan Pemerintah

Haedar mengingatkan, pers bertanggung jawab atas pesan dan informasi yang disuarakannya ke ruang publik secara objektif dan profesional, serta tidak masuk dalam pusaran politik partisan maupun kepentingan lainnya yang dapat meluruhkan fungsi utama pers.

“Pers Indonesia bersama-sama komponen bangsa dituntut hadir menegakkan kebenaran, keadilan, kedamaian, persatuan, dan kemajuan bagi bangsa dan negara. Seraya menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat meresahkan, memecah persatuan, dan konflik antarkomponen bangsa. Fungsi integrasi sosial sangat diharapkan dari pers Indonesia saat ini,” kata pria asal Bandung itu.

Haedar juga berpesan, jangan biarkan kebangsaan dan kenegaraan di tanah air tercinta timpang tanpa fungsi kritis pers yang konstruktif demi masa depan Indonesia yang demokratis dan berkemajuan.

“Pers dituntut proaktif mengakselerasi dinamika kehidupan kebangsaan agar Indonesia menjadi negara maju di era dunia modern abad ke-21,” ucap Haedar.