Rencana Merger Grab-Gojek, Driver Ojol Mulai Resah

Jakarta, law-justice.co - Driver ojek online (ojol) mengaku resah dengan rencana merger Gojek dan Grab. Salah satu yang dikhawatirkan menurut Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono adalah soal pemutusan mitra driver secara massal.

Menurutnya, biasanya perusahaan yang melakukan merger, cepat atau lambat pasti akan melakukan efisiensi. Bukan tidak mungkin menurutnya, efisiensi itu juga dilakukan dengan mengurangi jumlah mitra ojol.

Baca juga : Menhub : Arus Mudik-Balik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang

"Para mitra ini resah, namanya akuisisi merger ini kalau terjadi pasti di mana mana selanjutnya aksi korporasi efisiensi. Mereka resah ini jadi gelombang pemutusan mitra sepihak kalau merger jadi dilakukan," kata Igun kepada detikcom, Rabu (9/12/2020).

Kemudian yang kedua, Igun menilai selama ini aplikator masih kurang memperhatikan kesejahteraan mitra drivernya. Dia khawatir hal ini terus berlanjut apabila merger Gojek dan Grab diwujudkan.

Baca juga : Arus Balik Lebaran, KAI Sebut 47.613 orang Masuk Jakarta

"Kinerja korporasi aplikator masih jauh ideal dan berimbang dalam hal transparansi nasib mitranya, baik jaminan sosial dan kesejahteraannya. Kami tidak yakin hal ini akan lebih baik bila merger terjadi," kata Igun.

Kekhawatiran yang ketiga adalah soal ancaman monopoli bisnis jasa transportasi online. Saat ini saja tanpa merger, Gojek dan Grab sudah menguasai pasar.

Baca juga : Kereta Api Jadi Transportasi Andalan Pemudik Lebaran 2024

Memang, beberapa pesaing sudah muncul, namun pihaknya menilai belum cukup kuat untuk menyaingi Gojek dan Grab. Apalagi kalau merger Gojek dan Grab benar-benar dilakukan.

"Memang persaingan masih ada, cuma ya kami memandang belum kuat. Ini yang eksis dua aja sudah kuat, bagaimana kalau dimerger. Khawatirnya ini jadi penguasaan monopoli digitalnya dan juga transportasinya," ujar Igun.

Para driver sendiri mengancam akan melakukan demo besar-besaran bila rencana merger ini terwujud. Saat ini, Igun mengaku pihaknya sedang mengetuk pemerintah untuk mengawasi rencana merger Gojek dan Grab.

"Mega merger Gojek dan Grab memang sifatnya B to B, namun di Indonesia ada instrumen merger dari regulator juga, dalam hal ini pemerintah. Regulator harusnya punya hak menerima atau menolak ini karena ini nasib jutaan driver sebagai mitra," kata Igun.

Kemudian, apabila belum ada kejelasan sama sekali, Igun mengatakan driver ojol akan melakukan demonstrasi besar-besaran.

"Apabila aspirasi sebagai asosiasi yang menaungi para mitra pengemudi ojol untuk membuka ruang dialog tidak juga diperhatikan, maka langkah akhir kami adalah menggelar aksi massa pengemudi ojol di seluruh Indonesia," kata Igun.

"Kalau memang nggak ada penjembatanan kita pasti akan turun di Januari, perkiraan pertengahan Januari," tegasnya.