Rocky Gerung Direndahkan, Din: Dia S1, Tapi Ilmu S3 & Profesor Kalah!

Jakarta, law-justice.co - Perdebatan menarik terjadi antara pakar filsafat Universitas Indonesia, Rocky Gerung dengan Staf Menkominfo yang diwakili Henry Subiakto.

Perdebatan kedua akademisi tersebut sangat seru sebagai sesama narasumber di salah satu tayangan statiun TV swasta.

Baca juga : Ketika Jokowi Tak Sabar Segera Jadikan Gibran hingga Iriana Jadi Tokoh

Namun sayangnya, perdebatan yang membahas soal anggaran influencer berujung tidak menarik saat Henry Subiakto yang juga guru besar Universitas Airlangga menyerang Rocky secara pribadi yang hanya lulusan sarjana atau S1.

"Minimal saya profesor beneran, kalau anda `kan belum tentu," kata Henry usai menyebut Rocky terlalu banyak berimajinasi soal tudingan anggaran Rp 90,45 miliar untuk influencer hanya untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah.

Baca juga : Ketika Jokowi Disebut Akan Menjadi Kerdil di Koalisi Prabowo-Gibran

Sikap Henry pun disayangkan sejumlah kalangan. Salah satunya dari guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Din Syamsuddin.

"Saya mengikuti debat tersebut dan merasa malu ada seorang guru besar (Hendry Subiakto) yang kalah berdebat tentang substansi kemudian menyerang lawan debatnya (Rocky Gerung) secara pribadi," ujar Din seperti melansir rmol.id, Minggu 30 Agustus 2020.

Baca juga : Terungkap, Ini Alasan PDIP Tarik Ulur Pertemuan Megawati dan Prabowo

"Ujaran yang bersangkutan kepada Rocky Gerung tidak mencerminkan sikap seorang guru besar," tegas Din.

Bagi Din, gelar akademik menjadi tidak menjamin seseorang bisa menjadi lebih bijak dan memiliki pengetahuan lebih. Hal itu, kata dia, dicerminkan Rocky Gerung yang hanya tamat sarjana.

"Jelas, Rocky Gerung walau hanya lulusan S1 tapi memiliki kapasitas keilmuan dan filsafat melebihi S3 dan professor. Argumen-argumennya sangat dalam dan mencerahkan. Sayang mitra debat tidak mampu melayani, akhirnya mengalihkan perhatian ke persoalan non substantif," katanya.

Bukan hal baru, sambungnya, ketika seseorang yang kalah berdebat dan secara emosional tidak bisa mengontrol maka kemudian akan menyerang lawannya tentang hal-hal pribadi.

"Inilah masalah kita sekarang, berdebat tapi tidak menanggapi isi, tapi mengalihkan kepada hal pribadi. Kalah berdebat akhirnya menyerang pribadi lawan debat tanpa argumen bermutu," pungkasnya.