Nasihat SBY ke Jokowi: Dengarlah, Jangan Alergi Kritik, Ada Gunanya

Jakarta, law-justice.co - Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bahwa ia memohon agar pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tidak alergi terhadap pandangan dan saran dari pihak di luar.

Banyak kalangan yang menyampaikan pikirannya, menurut SBY, mungkin sedikit kritis. Namun, kata SBY, mereka sangat pro pemerintah dan juga sangat mendukung Presiden.

"Amat berbahaya jika ada pihak yang menyampaikan pandangan kritisnya, yang kebetulan pernah bertugas pada pemerintahan SBY atau sekarang tidak berada dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi, lantas dianggap sebagai musuh pemerintah," jelas SBY dikutip dari akun Facebook resmi @SBYudhoyono, Kamis (9/4/2020).

Baca juga : SBY, Antara Bapak Demokrasi versus Bapak Pengkhianat Demokrasi

Sambungnya, "Sebagai musuh negara. Menurut saya, pandangan dari pihak di luar pemerintah itu tetap ada gunanya jika pemerintah sudi untuk mendengarkannya."

Terkait kebijakan pemerintah saat ini untuk mengatasi krisis corona dan tekanan ekonomi saat ini, SBY menyatakan dukungnya secara sepenuh. Bahkan pendiri Partai Demokrat ini memandang semuanya itu tepat dan sangat dibutuhkan.

Baca juga : Soal Gelombang Protes Kampus, SBY: Mereka Khawatir Pemilu Tak Jurdil

"Saya juga menyambut baik semua kebijakan dan tindakan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk meningkatkan penanggulangan Covid-19. Termasuk penyediaan anggaran yang disampaikan Presiden Jokowi beberapa saat lalu, yang saya pandang cukup memadai, terutama untuk saat ini," jelasnya.

Anggaran yang dimaksud SBY ialah yang ditujukan untuk menanggulangi Covid-19, serta bantuan untuk rakyat yang mengalami kesulitan hidup akibat terjadinya wabah saat ini.

Baca juga : Ternyata Demokrat Bersama Prabowo, Bukan Gibran

"Itu kebijakan yang tepat dan sangat diperlukan. Saya berharap, sebagaimana harapan rakyat kita, dana itu dapat disalurkan secara tepat sasaran dan tepat waktu, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal," tutupnya.(wartaekonomi)