UAS Buka Suara soal Polemik Lirik Lagu Aisyah Istri Rasulullah

Jakarta, law-justice.co - Polemik mengenai lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah masih menjadi perdebatan panjang dari kalangan sejumlah pemuka agama dan umat Islam. Belakangan, pendakwah kondang ustaz Abdul Somad atau UAS, ikut mengemukakan pendapat terkait hal itu.

Permasalahan bermula dari sebagian orang yang berpendapat bahwa lirik lagu tersebut tidaklah sopan. Pasalnya, nama Aisyah yang mulia sebagai istri Nabi Muhammad SAW disebut tanpa menambah embel-embel gelar atau panggilan yang layak.

Baca juga : Prabowo Kumpulkan Tim Hukum di Kertanegara

Mestinya menurut mereka, nama perempuan berjuluk Humairah itu disebut dengan sapaan mulia seperti Siti Aisyah atau Syaidah Aisyah. Terlebih, lirik lagu tersebut hanya menonjolkan kelebihan fisik yang dimiliki Aisyah, alih-alih menceritakan kemuliaannya.

Namun begitu, sebagian umat Islam lain berpendapat bahwa lirik lagu tersebut sah-sah saja. Pasalnya, tembang tersebut masih dalam konteks berisi pujian dan sanjungan tentang betapa Rasulullah mencintai betul Aisyah dengan segala keromantisannya.

Baca juga : Erupsi Gunung Ruang, BNPB : 11 Ribu Warga Harus Dievakuasi

Merespon banyaknya pertanyaan mengenai pertentangan tersebut, ustaz Abdul Somad berpendapat bahwa kedua penilaian sama baiknya lantaran didasari kecintaan kepada keluarga Nabi Besar Muhammad. Dalam sebuah video yang diunggahnya di Instagram, UAS pun membeberkan opininya.

"Aisyah itu ibu saya. Yang mengatakan bahwa Aisyah itu ibu saya adalah Allah SWT. Istri Nabi Muhammad SAW itu ibu kamu`. Jadi Aisyah itu ibu saya," kata UAS dalam video tersebut, dikutip pada Rabu, 8 Apri 2020.

Baca juga : Gunung Ruang Erupsi, Napi dan Pegawai Lapas di Tagulandang Dievakuasi

UAS mengatakan, permasalahan dalam polemik mengenai lirik lagu Aisyah Istri Rasulullah dapat diumpamakan dengan sebuah kejadian. Misalnya, kata dia, ada seorang keponakan yang bertanya kepadanya mengenai sosok neneknya.

Menanggapi pertanyaan dari kalangan muda, UAS pun menceritakan tentang sosok ibunya dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh keponakannya itu.

"Maka saya ceritakan Aisyah itu pipinya merah, kemudian mesranya dia (dengan Nabi Muhammad). Karena begitulah bahasa (anak) milenial," kata dia.

Namun, permasalahan terjadi saat bahasa dan ungkapan tersebut didengar oleh kakak laki-laki dari sang ibu. UAS berpendapat, dia pasti akan marah jika mendengar cerita yang ia sampaikan kepada keponakannya.

"Dia akan bilang `hei kamu enggak sopan, masa emakmu kau sifati seperti itu?`. Padahal, bahasa yang sedang saya gunakan memang untuk si anak milenial itu, yang masih muda belia itu. Tapi jika itu didengan oleh orang tua, dia pasti akan katakan bahasa itu enggak layak, enggak cocok, enggak sesuai seperti itu," kata dia.

UAS menilai, tidak ada dari kedua pendapat yang salah lantaran sama-sama didasari kecintaan dan saling sayang. Ia mengatakan bahwa sudah selayaknya sebagai pihak yang saling sayang untuk saling mengingatkan.

"Kedua-duanya sayang. Saya sayang ke keponakan saya, maka saya pakai bahasa yang saya pilih itulah untuk anak milenial. Saking sayangnya, saya tidak ingin keponakan saya lupa pada neneknya. Tetapi abang ibu saya juga sangat sayang kepada adiknya. Dia tidak ingin kami menjadi anak yang kurang ajar, sehingga menyifati suatu sifat yang tak layak untuk ibu kami. Begitulah orang kalau sudah terlalu sayang," kata dia.

Pendakwah asal Kabupaten Asahan, Sumatera Utara itu mengaku bersyukur telah ada versi lirik yang baru dan menggunakan bahasa baik dalam lagu tersebut. Kini, sebagian musisi menyanyikan lagu dengan menyematkan gelar mulia kepada Aisyah.

"Alhamdulillah beberapa hari ini kan sudah ada syair yang baru. Tidak lagi menyebut Aisyah saja, sudah pakai Siti Aisyah, Syaidah Aisyah. Saya percaya kritik mengkritik ini tidak menjatuhkan tapi menyelamatkan kita semua," kata dia. (tagar.id).