Pengamat Intelijen Heran Kenapa Tak Ada Petugas Bandara Positif Corona

Jakarta, law-justice.co - Di tengah penyebaran virus corona di berbagai belahan dunia, muncul anggapan adanya konspirasi dalam penyebaran covid-19.

Teori konspirasi dalam penyebaran virus corona ini diungkapkan Pengamat intelijen senior Indonesia, Suhendra Hadikuntono.

Baca juga : Hajar Rival Sekota, Arsenal Kian Kokoh Di Puncak Klasemen Liga Inggris

Bahkan Suhendra sampai mengirim pesan ke Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence melalui akun Twitter nya.

Suhendra menduga virus corona dibawa agen intelijen bukan terbawa oleh warga yang terjangkit.

Baca juga : Bulan Depan, Erick Thohir Bakal Rombak Direksi-Komisaris 12 BUMN

Melalui cuitan itu, dia mengungkap dugaan model penyebaran virus Corona atau Covid-19 yang kini sedang melanda dunia, termasuk Indonesia.

Cuitan itu dikirim Suhendra ke Mike Pence pada Sabtu (28/3/2020).

Baca juga : Nasib Tragis BUMN Farmasi Indofarma

Suhendra bertanya kepada Pence, "Mr Mike Pence, from yesterday, I wanna to ask you, why noboby at the Air Port got hit? If the virus is brought by people from abroad or... or... the virus is intentionally carried by intellegent agent?"

Arti cuitan tersebut kurang lebih, "Bapak Mike Pence, sejak kemarin saya ingin bertanya kepada Anda, mengapa orang-orang di bandar udara tidak terkena (Covid-19), kalau memang virus tersebut dibawa orang-orang dari luar negeri? Atau jangan-jangan virus itu memang sengaja dibawa oleh agen intelijen?"

Kepada media, Minggu (29/3/2020), Suhendra menjelaskan bahwa pintu masing-masing negara dalam penyebaran Covid-19 adalah bandar udara (bandara).

Sehingga logikanya pihak otoritas bandara seperti petugas imigrasi dan porter-lah yang pertama kali terjangkit virus Corona.

"Tapi ini kan tidak? Kita hampir tak pernah mendengar ada petugas imigrasi atau porter bandara tertular Corona. Padahal mereka adalah orang yang pertama kali berinteraksi bahkan bersentuhan langsung dengan penumpang pesawat karena merekalah yang berhadapan,membubuhkan stempel di paspor, atau porter pengangkat tas milik penumpang," jelasnya.

"Saya ingin membuka mata pemimpin dunia bahwa penyebaran Covid-19 adalah `dibawa`, bukan `terbawa`, sebagai bagian dari `proxy war` yang merupakan kelanjutan dari perang dagang, termasuk yang melibatkan negara-negara adidaya dengan tujuan menguasai hegemoni dunia. Maka dunia harus waspada," tandasnya.

Perang biologis

Sementara itu, Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad merilis surat terbuka kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai virus corona.

Dalam surat yang diunggahnya di Twitter, Ahmadinejad menyatakan bahwa corona adalah "perang biologis", dan meminta badan PBB itu menginvestigasi laboratorium yang bertanggung jawab.

Mahmoud Ahmadinejad sama sekali tidak menyertakan bukti klaimnya di surat terbuka kepada Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dilansir Newsweek beberapa waktu lalu, mantan Presiden Iran berusia 63 tahun itu menyembulkan teori konspirasi bahwa virus corona merupakan senjata biologis.

Berbagai klaim muncul ketika virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu mulai merebak di Wuhan, China, pada Desember tahun lalu.

Salah satu yang paling terkenal adalah anggapan bahwa patogen itu adalah buatan laboratorium militer China yang berlokasi di Wuhan.

Teori konspirasi lain yang muncul adalah fakta bahwa Iran dan China mengalami dampak besar karena virus adalah plot dari Amerika Serikat (AS).

Dalam kicauannya sembari mengunggah surat kepada Tedros, Ahmadinejad memuji WHO yang terus berkomitmen memelihara umat manusia.

Politisi yang pernah berkuasa sejak 2005 hingga 2013 itu mengakui, sejumlah negara tidak bertindak cukup cepat yang berakibat virus itu mewabah.

Namun, dia menyebut bahwa pembawa virus tersebut adalah laboratorium yang tidak diketahui.

"Pihak yang bertanggung jawab menyebabkan perang biologis ini tak boleh dikesampingkan," katanya.

Ahmadinejad kemudian mendesak WHO untuk mengidentifikasi laboratorium yang memproduksi sekaligus menyebarkannya, termasuk kelompok yang mendukung "senjata biologis ini".

Dia menuturkan, diperlukan penyebaran informasi yang tidak memihak mengenai para pelaku yang menyebarkan virus ini demi mengendalikan wabah.

"Saya tak ragu berkata mobilisasi publik dari pemerintah negara isa mengisolasi penjahatnya, dan melindungi manusia dari penyakit ini," jelasnya.

WHO pada Rabu mengumumkan virus corona sebagai pandemi global, yang artinya patogen itu sudah menyebar ke berbagai tempat di seluruh dunia. (lampung.tribunnews.com).