China Disebut Ambil Organ Tubuh Muslim Uighur Tuk Rawat Pasien Corona

Jakarta, law-justice.co - Seorang jurnalis investigasi membuat laporan mengejutkan mengenai aktivitas China dalam menangani kasus virus corona.

Menurut Daily Star pada Rabu (11/3/2020) menyebut lebih dari 3 juta minoritas Muslim Uighur China saat ini ditahan di kamp-kamp, dan digunakan sebagai tindakan darurat, "bunuh berdasarkan permintaan."

Baca juga : Satelit China ini Ungkap Kehancuran Gaza Lampaui Nagasaki

Laporan tersebut secara rahasia menyoroti cara ilegal China dalam mengambil organ-organ Muslim yang ditahan di kamp penahanan, untuk merawat pasien virus corona.

Lebih dari 3 juta minoritas Uighur berada di provinsi Xinjiang China Barat, dituduh ditahan saat ini.

Baca juga : Wacana Sawah Padi China Satu Juta Hektare di Kalimantan Tak Masuk Akal

Saat ini seorang jurnalis investigasi bernama CJ Werleman telah mengklaim China memenuhi permintaan besar untuk transplantasi organ.

Sebagai bagian dari krisis virus corona dengan mengambilnya dari tahanan Muslim Uighur.

Baca juga : Apriyani/Fadia Mundur di Babak 16 Besar China Masters

Ini bukan pertama kalinya China dituduh melakukan tindakan pengambilan organ dari tahanan Muslim Uighur.

September 2019 lalu, dilaporkan ratusan orang di Uighur diyakini terbunuh dalam praktik mengerikan ini.

Ditulis dalam publikasi berita independen, Byline Times, Werleman menggambarkan kasus virus corona China menerima transplantasi paru-paru pertama di negara itu minggu lalu.

Seorang pria 59 tahun hanya diberi waktu beberapa hari untuk hidup, dengan kerusakan paru-paru akibat virus corona.

Werleman menjelaskan, "Fakta bahwa pasien itu hanya menunggu lima hari setelah mendapatkan pendonor yang memberikan satu set paru-paru yang cocok, menimbulkan pertanyaan besar."

"Bagaimana bisa negara itu menyediakan paru-paru dengan cepat, jika buka dengan ruang lingkup program pengambilan organ ilegal," katanya.

Dia menambahkan bahwa kekhawatiran para Uighur digunakan dalam situasi darurat akibat wabah virus corona.

"Digunakan sebagai backstop darurat, bunuh atas permintaan untuk pasien virus corona China," katanya.

Umat Muslim Uighur terancam virus corona

Bitter Winter, sebuah publikasi yang mengekspos pelanggaran HAM China menuliskan pernyataan serupa dengan Werleman.

"Sementara di seluruh dunia, waktu menunggu satu paru-paru dari donor yang sesuai bisa sampai bertahun-tahun," katanya.

"Sedangkan China menunjukkan minggu ini bahwa hanya perlu beberapa hari, untuk dua orang dengan sempurna menemukan paru-paru yang cocok," jelasnya.

Paling mencurigakannya lagi adalah, negara tersebut memiliki tingkat pendonor organ terendah di dunia, dengan tingkat perbandingan kesukarelaan satu orang pendonor untuk setiap 2 juta orang.

Ini tidak sebanding dengan negara-negara lain seperti AS, yang hampir setengah penduduknya adalah pendonor yang terdaftar.

Menurut Journal of Biomedical Research, dari 1,5 juta warga Tiongkok membutuhkan donor transplantasi organ setiap tahun.

Dari 10.000 penerima hanya medapatkan jumlah 1 pendonor untuk setiap 150 orang.

Dalam sebuah wawancara rahasia, seorang wanita China mengklaim bahwa Muslim Uighur dibantai atas pemintaan untuk memenuhi kebutuhan China.

Panel independen pengacara Inggris dan aktivis hak asasi manusia, menuduh Tiongkok telah melakukan pengambilan organ ilegal dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagian besar organ tersebut diambil dari tahanan politik, kemudian dijual kepada orang asing.

Namun, Beijing berulang kali membantah tuduhan tersebut dan menyebut mereka tidak mengambil organ secara paksa dari tahanan, tetapi mengklaim telah berhentu menggunakan organ dari tahanan yang dieksekusi lima tahun lalu. (aceh.tribunnews.com).