Mengenal Faye Hasian Simanjuntak, Cucu Luhut yang Masuk Forbes

law-justice.co - Usianya baru 17 tahun. Dalam senyap dia mendedikasikan hidupnya bagi perlindungan anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual. Namanya Faye Hasian Simanjuntak. Ia pun terpilih sebagai salah satu anak muda paling berpengaruh dalam Forbes Indonesia kategori "30 Under 30" 2020. 

Siapakah Faye? Dia sebenarnya berasal dari keluarga terpandang di republik ini. Harusnya dia bisa jadi pengusaha atau jadi artis, toh dia punya segalanya. Namun, dia bekerja buat kemanusiaan. Faye, panggilan akrabnya, merupakan cucu tertua dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. 

Baca juga : Tak Sudi RI Terus Ekspor via Singapura, Luhut: Buka Jalur Baru ke Cina

"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah `Rumah` perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," kata Luhut mengungkapkan kebanggaannya lewat akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu, 22 Februari 2020. 

Faye Hasian Simanjuntak lahir di Jakarta, 10 April 2002. Ayahnya, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, adalah Komandan Pasukan Pengamanan Presiden atau Danpaspampres.

Baca juga : Soal Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Luhut Minta China Serius Bantu RI

Faye menjadi aktivis anak dan perempuan, berawal dari tugas yang diberikan gurunya waktu sekolah dasar. Ia diberi tugas mengenai child trafficking atau perdagangan anak yang terjadi di Indonesia. Dari situ, muncullah ide mendirikan Rumah Faye. 

Ia pun mendirikan yayasan anti perdagangan anak sekaligus founder dari Rumah Faye di Batam. Rumah Faye berdiri 2013 lalu. Rumah Faye merupakan organisasi yang berfokus pada pencegahan pelecehan seksual dan perdagangan manusia dan rehabilitasi korban.  

Baca juga : Lapor LHKPN, Dalam Setahun Harta Luhut Naik Ratusan Miliar Rupiah

Mengutip CNBC Indonesia, alasan memilih Batam, Faye mengatakan karena banyaknya perdagangan anak melalui jalur pulau yang dijual hingga negara tetangga.

"Dari kecil, keluarga aku sudah mengajari aku untuk berbagi karena papa bilang kalau mau diberkati Tuhan harus give back orang lain. Suka diajakin ke panti dan aku pernah belajar tentang perdagangan manusia dan prostitusi anak dan itu sangat jarang aku dengar karena itu isu sensitif dan tabu," kata Faye, mengutip CNBC Indonesia.

Faye mengatakan keinginan menjadi aktivis anak dan perempuan dan kemudian mendirikan Rumah Faye lahir dari kemauan dirinya yang kemudian didukung kedua orangtuanya. Mengutip Wikipedia, Faye juga aktif mengampanyekan pentingnya para rekan sebayanya atau yang berumur di bawahnya mengetahui hak mereka sebagai anak. 

Hal itu juga ia tularkan ke para relawan yang sukarela bergabung untuk membantu dirinya bekerja melindungi dan memulihkan keadaan para korban perdagangan anak dan kekerasan seksual termasuk teman-teman dan keluarganya.

Sepak terjang dan kepeduliaannya terhadap isu anak dan perempuan membuat Faye terpilih sebagai salah satu finalis Internasional Children`s Peace Prize 2017 di Belanda. Faye juga menjadi salah satu pemuda paling berpengaruh di Indonesia berdasarkan daftar 50 Asians to Watch yang dilansir The Straits Times.

Dan yang terakhir, Ia terpilih sebagai salah satu anak muda paling berpengaruh dalam Forbes Indonesia kategori "30 Under 30" 2020. (tagar)