Kisah Surat Perpisahan Kobe Bryant yang Berujung Piala Oscar

Jakarta, law-justice.co - Kepergian secara mendadak dari Legenda Basket Dunia (NBA) Kobe Bryant membuat publik dunia terhentak. Bryant meninggal dalam kecelakaan helikopter di California, Senin (27/1/2020) dini hari WIB.

Namun, sebelum pensiun dari dunia basket, Bryant pernah mengemas kecintaannya terhadap basket melalui sebuah surat cinta. Surat itulah yang membawanya memenangi penghargaan piala Oscar pada 2018.

Baca juga : 9 Film Peraih Piala Oscar Terbanyak Sepanjang Sejarah

Mengutip bola.com, Kobe Bryant tewas pada usia 41 tahun, bersama putrinya Gianna. Ada tujuh korban lain dalam kecelakaan tersebut, yang semuanya dikabarkan tewas.

Istri Kobe Bryant, Vanessa, tidak berada dalam helikopter tersebut. Pasangan tersebut punya tiga putri lain, yaitu Natalia, Bianca, dan Capri, yang juga tidak ikut dalam penerbangan.

Baca juga : Menang Gugatan Rp441 M, Istri Mendiang Kobe Bryant Untung Jual Jersey

Pemenang lima cincin juara NBA dan dua kali medali emas Olimpiade tersebut dikenal sebagai salah satu pebasket NBA terbaik sepanjang masa. Dia mempersembahkan begitu banyak aksi memesona di lapangan basket sepanjang 20 tahun memperkuat Los Angeles Lakers.

Dia juga dikenal karena mental juaranya di lapangan, serta skill-skill yang menakjubkan dan layak untuk dikenang sebagai warisan terbaiknya.

Baca juga : Will Smith Mundur dari The Academy, Bagaimana Nasib Piala Oscar?

Pada 2016, Kobe Bryant memutuskan undur diri dari dunia basket yang dicintainya. Kobe Bryant mengumumkan keputusannya pensiun dari dunia basket melalui surat cinta yang ditulisnya pada 2015.

Surat tersebut kemudian dibikin film animasi pendek yang membuatnya memenangi penghargaan Oscar pada 2018. Berikut surat legendaris yang ditulis Kobe Bryant tersebut.

Begini Isi Surat Cinta

Dear Baksket,

Dari momen saya menggulung kaus kaki ayah saya dan berkhayal menembak bola, tembakan kemenangan dalam pertandngan Great Western Forum, saya tahu satu hal yang nyata:

Saya jatuh cinta padamu

Cinta yang mendalam yang membuat saya memberikan segalanya - dari pikiran saya dan tubuh saya, hingga spirit dan jiwa saya

Sebagai seorang anak berusia enam tahun yang jatuh cinta mendalam terhadap dirimu, saya tak pernah melihat ujung dari sebuah lorong. Saya hanya melihat diriku kehabisan waktu.

Jadi, saya berlari. Saya berlari dan berlari menjelajahi setiap lapangan, mengejar setiap bola untukmu.

Kamu meminta keramaian, saya memberikan hati saya, karena itu datang dengan lebih banyak lagi.

Saya bermain dengan cucuran keringat dan rasa sakit, bukan karena tantangan memanggil saya, tapi karena kamu memanggil saya.

Saya melakukan segalanya untukmu, karena itulah yang kamu lakukan ketika seseorang merasakan hidup seperti kamu membuat saya merasakannya.

Kamu memberikan mimpi di Lakers kepada anak usia enam tahu dan saya selalu mencintaimu karena alasan itu.

Tapi, saya tak bisa mencintaimu secara obsesif lebih lama lagi.

Musim ini adalah yang terakhir bisa aku berikan.

Jantung saya bisa terus menahan kejutan, pikiran saya bisa tahan terhadap tekanan, tapi badan saya tahu ini saatnya mengucapkan selamat tinggal dan itu OK.

Saya siap melepasmu pergi.

Saya ingin kamu tahu sekarang, jadi kita bisa menikmati setiap saat yang telah kita tinggalkan bersama. Hal baik dan buruk.

Kita berdua tahu, apa pun yang akan saya lakukan selanjutnya, saya selalu menjadi bocah dengan kaus kaki digulung, tong sampah di sudut, lima detik waktu tersisa, bola di tangan saya.

Selalu mencintaimu

Kobe