Peneliti Berhasil Merekonstruksi Suara Mumi Berusia Ribuan Tahun

law-justice.co - Suara mumi, seorang pendeta Mesir Kuno untuk pertama kalinya berhasil didengarkan kembali setelah lebih dari 3000 tahun. Hal ini terwujud karena para peneliti berhasil melakukan rekonstruksi secara rinci saluran suara dengan memanfaatkan  bagian-bagian tubuh mumi yang masih tersisa.

Untuk merekonstruksi kembali suara mumi, para peneliti melakukan pemindaian medis  atas sosok mumi terkenal, Nesyamun yang kini ditempatkan di museum kota Leeds, Inggris. Di sana dilakukan pula pemodelan digital tiga dimensi pada bagian tenggorokan dan mulut yang kemudian direproduksi ulang menggunakan pencetak tiga dimensi.

Baca juga : BRIN Sebut 5 Hal Berpotensi Buat Bahasa Daerah di Indonesia Punah

Hasil reproduksi tiga dimensi ini kemudian dipadukan dengan pangkal tenggorokan buatan untuk menciptakan ulang suara Nesyamun. Hasilnya suara mumi yang terakhir kali didengar pada abad ke-11 sebelum masehi berhasil direka ulang.

Pata peneliti menyebut temuan  itu adalah frekuensi dasar dari suara Nesyamun dalam posisi berbaring  dengan suara vokal yang menyerupai kata dalam bahasa Inggris, bed dan bad. Namun mereka mengakui untuk menentukan bagaimana suara Nesyamun dibuat sangat kompleks dan ditentukan oleh posisi kepala mumi dan kesehatannya yang semakin memburuk.

Baca juga : Ini Ponsel yang Memiliki Radiasi Tinggi, Simak Merknya

“Bentuk saluran vokal Nesyamun tidak diatur untuk berbicara ihwal vokal tertentu, tetapi dipengaruhi oleh posisi saat ia dikubur. Selain itu, kondisi lidahnya pun telah kehilangan sebagian besar otot dan diperburuk oleh hilangnya langit-langit mulut”,   kata para peneliti yang terlibat dalam proyek ini, seperti ditulis dalam Scientific Reports.

Beberapa studi terdahulu hanya berhasil mereproduksi suara kuno hanya bisa mendekati suara ahli objek yang ditelit melalui konstruksi menggunakan perangkat lunak. Sementara rekonstruksi suara Nesyamun berasal dari saluran suara yang masih tersisa dan berasal dari tiga milenium yang lalu. (livescience)

Baca juga : Pemanasan Global Kian Parah, Pohon Sulit Fotosintesis