Islamofobia di Australia, Muslimah Hamil Besar Diinjak & Dipukul

Jakarta, law-justice.co - Seorang lelaki asal Sydney didakwa karena memukul dan menendang seorang wanita muslim yang sedang hamil besar tanpa alasan dan digambarkan oleh asosiasi Islam Australia terkemuka sebagai serangan “Islamofobia”.

Melansir okezone.com, rekaman kamera keamanan yang mengejutkan menunjukkan seorang pria mendekati meja tiga wanita mengenakan jilbab saat mereka mengobrol di sebuah kafe di kota pada hari Rabu (20/11/2019).

Baca juga : Ini Poin Kritikan Pakar Asing soal MK Tolak Sengketa Pilpres 2024

Tersangka berusia 43 tahun itu terlihat menghampiri meja untuk menyerang seorang wanita berusia 31 tahun, yang menurut polisi sedang hamil 38 minggu.

Setelah beberapa pukulan, wanita itu jatuh ke tanah dan diinjak, sebelum orang-orang yang berdiri berusaha mengusir si penyerang.

Baca juga : Indonesia Hentikan Rekor Buruk Usai Hajar Australia di Piala Asia U-23

Polisi mengatakan seorang tersangka telah didakwa dengan penyerangan yang menyebabkan cedera tubuh dan perselisihan yang sebenarnya serta menolak jaminan.

Mereka menolak untuk mengomentari motif penyerang, tetapi membiarkan kemungkinan tuduhan tambahan terhadap dirinya.

Baca juga : Ada Kabar Gembira dari Erick Thohir Merebut Pemain

Federasi Dewan Islam Australia (AFIC) mengatakan pada hari Kamis (21/11/2019), pria itu terdengar meneriakkan kalimat kebencian anti-Islam pada korban dan teman-temannya.

“Ini jelas serangan rasis dan Islamofobik dan kami berharap itu akan diperlakukan seperti itu,” kata presiden AFIC Rateb Jneid.

“Jika bukan karena tindakan berani dari anggota masyarakat dalam menghentikan serangan, korban mungkin telah mengalami cedera yang jauh lebih serius,” kata inspektur polisi Luke Sywenkyj.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh para peneliti di Universitas Charles Sturt menemukan bahwa Islamofobia di Australia adalah “fenomena yang berkelanjutan” dan wanita yang mengenakan jilbab sangat berisiko mendapat penyerangan.

Dari 113 korban perempuan yang dilaporkan diintimidasi atau dilecehkan secara fisik, para peneliti menemukan 96 persen mengenakan jilbab.