Apakah Jerman Sudah Resesi?

Jakarta, law-justice.co - Kementerian Ekonomi Jerman merilis kontrak pembelian barang `Made in Germany` turun 0,6% di Agustus 2019, dibanding bulan sebelumnya. Data ini jauh dibanding survei ekonom yang dilakukan Reuters misalnya, yang memperkirakan permintaan turun 0,3%.

Penurunan ini menandakan pelemahan permintaan berlangsung tahunan selama 15 tahun terakhir. Sedangkan permintaan barang modal melorot 1,6%.

"Ekonomi Jerman berada di tengah-tengah resesi. Data hari ini kembali membuatnya jelas. Pemerintah Jerman mungkin akan mendapat tekanan yang semakin besar untuk melepaskan kebijakan anggarannya yang ketat," kata Thomas Gitzel, Ekonom VP Bank Group seperti melansir cnbcindonesia.com.

"Ekonomi Jerman kemungkinan sudah memasuki resesi. Permintaan produksi turun sejak Juli dan Agustus, disamping indikator lain yang menunjukkan sektor industri Jerman akan melemah terus," kata ekonom Bloomberg Niraj Shah.

Seperti diketahui, Jerman penguasa ekonomi Eropa, sudah mulai bersiap dengan risiko terburuk resesi. Kemungkinan bagi ekonomi Jerman untuk jatuh ke dalam resesi mencapai hampir 60%, menurut indeks bulanan yang oleh Macroeconomic Policy Institute (IMK).

Indeks yang dihasilkan oleh badan riset ekonomi swasta itu menyebut risiko resesi Jerman telah naik menjadi 59,4%, dari 43% pada Agustus. Ini adalah proyeksi risiko resesi tertinggi bagi ekonomi terbesar Eropa itu sejak musim dingin 2012/2013.

Oleh karenanya pemerintah Jerman diharapkan untuk memberikan stimulus ke dalam perekonomiannya. ECB bahkan meminta pemerintah Eropa turun tangan dengan dukungan fiskal karena stimulus moneter bukan obat yang mujarab lagi.

Resesi yang dialami Jerman tentunya akan berdampak buruk ke negara-negara lainnya di Benua Biru. Ketika sang raksasa sedang lesu, tentunya permintaan impor akan menjadi berkurang, ketika permintaan berkurang negara pengekspor ke Jerman akan turut mengalami pelambatan.

Eropa Alami "Lost Decade"

Eropa terancam memasuki periode stagnansi ekonomi berkepanjangan. CEO perusahaan investasi Blackstone, Stephen Schwarzman, bahkan memprediksi Eropa bisa mengalami "lost decade" segera jika pemerintahannya tidak melakukan belanja fiskal.

Suku bunga negatif European Central Bank (ECB) sudah tidak lagi efektif. Karenanya stimulus fiskal sangat diperlukan Eropa, terutama bagi Jerman yang menjadi ekonomi terkuat di Eropa saat ini.

Suku bunga negatif yang kini berlaku di Eropa akan mempersulit lembaga keuangan untuk menghasilkan uang. "Alasan yang penting adalah jika lembaga itu tidak menghasilkan uang, mereka tidak dapat menambah modal," katanya dalam acara Squawk Box Europe CNBC International.

Situasi "lost decade ini" pernah juga dialami Jepang. Bahkan pertumbuhan negara sakura itu pernah stagnan dua dekade, yakni 1991-2000 dan 2001-2010. Sejumlah ekonom pun memberi gelar "The lost 20 Years" pada ekonomi Jepang.

"Ekonomi Jepang, tidak tumbuh dan membeku. Itu bukan hal yang baik bagi orang-orang," tegasnya.