law-justice.co - Sikap musisi Inggris sampai saat ini masih terbelah ihwal kebijakan Brexit. Hal ini ditunjukkan oleh dua sahabat yang juga mantan personil grup musik legendaris The Beatles. Bila Ringo Starr menjadi pendukung kebijakan ini, maka sejawatnya Paul McCartney merupakan pengkritik utama Brexit dan meyebut kebijakan itu salah besar.
Dalam sebuah wawancara di acara BBC Newsnight, ia melontarkan kritikan pedas ihwal Brexit. McCartney menyebut dirinya menduga banyak orang tidak tahu akan melakukan apa ketika Inggris menarik diri dari Uni-Eropa. Itulah sebabnya situasi ini menyebabkan banyak hal menjadi berantakan dan ia sangat senang bila semuanya berakhir.
Meskipun menentang Brexit, secara terbuka pria kelahiran Liverpool itu mengakui dirinya tidak mengikuti pemungutan suara untuk memutuskan apakah Inggirs tetap menjadi again dari Uni-Eropa atau tidak. Alasannya, ia kerap memilih orang yang telah dipercayai sampai saat tidak ada seorang pun yang dapat dipercayai lagi. Namun, ia tidak setuju pendapat yang menyatakan Brexit akan membawa kemunduran bagi Inggris.
“Saya pikir kami akan melewati masa-masa ini. Kami selalu berhasil melakukannya. Maksud saya, saya sudah terlalu tua untuk mengingat tumpukan sampah berceceran di pinggir jalan dan orang-orang tidak dapat dimakamkan karena para penggali kubur sedang melakukan pemogokan. Itu adalah masa-masa yang sulit, tetapi kita dapat melawatinya. Sekarang pun akan demikian”, kata McCartney.
Pernyataan itu berseberangan dengan rekannya yang juga mantan personil Ringo Starr. Sang penabuh drum itu, dalam sebuah wawancara pada 2017 lalu, menyebut Brexit sebagai sebuah langkah besar. Alasannya kebijakan ini lebih baik daripada tetap bergabung dengan Uni-Eropa karena dapat mengontrol kebijakan dalam negeri tanpa bergantung pada siapapun. (billboard)