Hasil Riset Sebutkan Kolestrol Tidak Membahayakan Kesehatan

Jakarta, law-justice.co - Selama puluhan tahun masyarakat percaya bahwa kolestrol merupakan jenis nutrisi yang berbahaya bagi kesehatan. Akan tetapi, baru-baru ini pemerintah Amerika Serikat meluruskan stigma yang telah berkembang di masyarakat seperti kolestrol berbahaya bagi jantung dan penyebab penyumbatan darah. Peneliti AS yakin kolestrol tidak membahayakan bagi kesehatan, justru dapat membantu menjaga kesehatan.

Pada 1970-an, badan kesehatan resmi AS memperingatkan masyarakat untuk menghindari makanan tinggi kolesterol agar terbebas dari penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah. Akan tetapi, kini pemerintah AS akhirnya menyatakan sebaliknya.

Baca juga : Hajar Rival Sekota, Arsenal Kian Kokoh Di Puncak Klasemen Liga Inggris

Mereka memberi lampu hijau untuk mengonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti telur, produk olahan susu kaya lemak, kacang-kacangan, minyak kelapa, dan daging. Semua makanan tersebut masuk ke dalam daftar pangan "aman" dan secara resmi dikeluarkan dari daftar nutrisi berbahaya.

Kini semakin banyak ahli yang berargumen bahwa tidak ada kaitan antara tingginya kandungan kolesterol pada makanan dengan bahaya kadar kandungan lemak dalam darah.

Baca juga : Bulan Depan, Erick Thohir Bakal Rombak Direksi-Komisaris 12 BUMN

Departemen Pertanian Amerika Serikat yang bertanggung jawab memperbaharui pedoman kewaspadaan pangan setiap lima tahun menyatakan temuan itu pada 2015, "Sebelumnya, Dietary Guidelines for Americans (pedoman kewaspadaan pangan untuk warga Amerika) menyatakan bahwa konsumsi kolesterol dibatasi tidak lebih dari 300mg/hari."

DGAC 2015 tidak akan merekomendasikan hal ini lebih jauh karena bukti terbaru menunjukkan tidak ada kaitan yang cukup antara konsumsi makanan berkolesterol dengan kandungan kolesterol dalam darah, selaras dengan laporan AHA/ACC (American Heart Association/American Colleger of Cardiology). DGAC berencana tidak akan memperingatkan masyarakat untuk menghindari telur, kerang, dan makanan berkolesterol lainnya.

Baca juga : Nasib Tragis BUMN Farmasi Indofarma

Melansir Dailymail seperti dikutip oleh Liputan6.com, Kardiolog dari Celveland Clinic Dr Chris Masterjohn mengatakan tindakan pemerintah AS ini sudah tepat.  

"Ini adalah keputusan yang tepat. Selama ini pedoman diet kita keliru. Dan telah keliru selama puluhan tahun."

Dia memperkirakan sekitar 20 persen kadar kolesterol dalam darah berasal dari asupan makanan Anda. Artinya sisanya dihasilkan oleh lever dan sebenarnya diperlukan oleh tubuh.

"Karena kita tidak mungkin mendapat asupan kolesterol yang cukup dari makanan agar tubuh berfungsi sehari-hari, tubuh kita memproduksinya sendiri. Jika kita makan makanan yang kaya akan senyawa tesebut, tubuh akan mengurangi produksinya. Jika kita mengurangi makanan tinggi kolesterol seperti telur, butter, dan lever, tubuh kita meningkatkan sintesis kolesterolnya."

Para dokter kini tidak lagi memberi peringatan akan bahaya kolesterol dan lemak jenuh melainkan fokus pada gula sebagai ancaman pola makan yang paling berbahaya.

Kardiolog Dr Aseem Malhotra, direktur sains dari grup yang mengampanyekan bahaya gula, Action On Sugar, menulis dalam British Medical Journal yang satu kalimatnya berbunyi, "enyahkan mitos akan peran lemak tak jenuh pada penyakit jantung."

Mahotra menambahkan, industri makanan telah berkontribusi secara efektif pada penyakit jantung dengan cara mengurangi lemak tak jenuh pada makanan dan menggantinya dengan gula.