Rakyat Sipil Membangkang, Ibu Kota Sudan Sepi Aktivitas

law-justice.co - Rakyat Sudan membangkang sebagai protes untuk menuntut pembentukan pemerintahan sipil membuat sebagian besar jalan di Khartoum, Ibu kota Sudan, pada Minggu, sepi sementara polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan protes-protes di Khartoum Utara, kata sejumlah saksi mata (9/6).

Oposisi dan kelompok-kelompok protes telah menyerukan para pekerja tetap tinggal di rumah setelah pasukan keamanan menyerbu sebuah perkemahan pengunjuk rasa pada Senin, menewaskan puluhan dan merupakan pukulan terhadap harapan-harapan transisi damai setelah penggulingan mantan Presiden Omar al-Bashir pada April.

Baca juga : Hamas Siapkan Jebakan Jika Israel Menyerang Rafah

Aksi pasukan keamanan itu terjadi setelah beberapa pekan pertemuan antara dewan militer yang mengambil alih kekuasaan dari Bashir dan Aliansi Deklarasi Kekuatan Perubahan dan Kebebasan (DFCF) bersidang untuk mencapai kesepakatan mengenai siapa yang semestinya mengendalikan transisi menuju penyelenggaraan pemilihan.

Pada Minggu pagi, saat awal hari kerja sepekan dimulai di Sudan, relatif sedikit pejalan kaki atau kendaraan terlihat di jalan-jalan. Angkutan umum hampir tak berfungsi dan sebagian besar bank komersial, perusahaan-perusahaan swasta dan pasar-pasar tutup.

Baca juga : Amerika Umumkan Bantuan Militer Hampir Rp100 T untuk Ukraina

Beberapa bank milik negara dan kantor-kantor utilitas publik tetap buka seperti biasa.

Di Bandar Udara Khartoum, tempat sangat sedikit penerbangan beroperasi, mereka yang ingin pergi memadati ruang keberangkatan. Sebagian besar biro perjalanan tutup karena pemadaman internet dan harga tiket meroket.

Baca juga : Selain Gaza, Netanyahu Sesumbar Siap Serang Negara Lain

Di Khartoum Utara, di seberang Nil Biru dari pusat ibu kota, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pemrotes. Sejauh ini belum ada laporan tentang korban dalam peristiwa itu.

Para demonstran berusaha membuat penghalang-penghalang di jalan selama beberapa hari belakangan sebagai cara untuk meneruskan gerakan protes. Sebagaimana yang dilansir dari Antara, pada Minggu, TV negara Sudan melaporkan seorang komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), Mohamed Abdallah, telah diganti.

Para saksi mata mengatakan RSF, yang pemimpinnya Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo adalah wakil kepala Dewan Militer Transisi, memimpin aksi Senin lalu.