Turki Sangat Prihatin Usai Kudeta Kerusuhan di Sudan Tak Reda

law-justice.co - Turki "sangat prihatin" mengenai brutalnya pasukan keamanan Sudan pada Senin (3/6) terhadap pelaku protes-duduk di Ibu Kota Sudan, Khartoum, kata Kementerian Luar Negeri Turki di dalam satu pernyataan. Turki menyayangkan kerusuhan dan bentrok hebat masih terjadi usai kudeta.

Sedikitnya 13 pemrotes tewas dan ratusan lagi cedera saat pasukan keamanan bergerak masuk untuk membersihkan kamp protes utama di dekat markas besar militer.

Baca juga : Hamas Siapkan Jebakan Jika Israel Menyerang Rafah

Kementerian tersebut di dalam satu pernyataan tertulis mengatakan proses perundingan mesti sejalan dengan konsensus nasional. Turki juga menekankan bahwa metode damai mesti diterapkan, bukan aksi kekerasan, untuk menjamin kestabilan serta keamanan.
 
Pernyataan itu mendesak Dewan Militer Peralihan Sudan (TMC), lembaga militer negeri tersebut yang menggulingkan presiden Omar Al-Bashir, agar secepatnya memenuhi harapan rakyat Sudan. Kementerian tersebut mengatakan bahwa mendirikan pemerintah sipil penting untuk dilakukan.

Kementerian Luar Negeri menekankan bahwa Ankara akan selalu mendukung negara "sahabat" Sudan dan rakyatnya.

Baca juga : Amerika Umumkan Bantuan Militer Hampir Rp100 T untuk Ukraina

Protes-duduk telah menjadi pusat protes guna menuntut TMC menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Pada awal April, militer Sudan menggulingkan Al-Bashir, setelah berbulan-bulan demonstrasi rakyat berlangsung dalam rangka menentang 30-tahun kekuasaan Al-Bashir.

Baca juga : Selain Gaza, Netanyahu Sesumbar Siap Serang Negara Lain

TMC sekarang mengawasi masa peralihan dua-tahun, dan selama itu telah berjanji akan menyelenggarakan pemilihan presiden. Sebagaimana yang dilansir dari Antara, demonstran tetap berada di jalan guna menuntut TMC menyerahkan kekuasaan --sesegera mungkin-- kepada pemerintah sipil.