Satelit Satria-2 Mulai Dirakit Tahun Depan, Biaya Capai Rp 13,3 T

Jakarta, law-justice.co - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah menyiapkan proyek Satelit Republik Indonesia 2 atau Satelit SATRIA-2 yang rencananya akan mulai dirakit pada tahun 2025.

Perakitan SATRIA-2 baru dimulai pada tahun 2025 mendatang karena sepenuhnya akan menggunakan pinjaman luar negeri.

Baca juga : Pantauan Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus 9 Mei 2024

"SATRIA-2 ini kami rencananya menggunakan pinjaman luar negeri, siklus perencanaan pinjaman luar negeri," jelas Direktur Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Kominfo Fadhilah Mathar kepada wartawan di Jakarta, Jumat 8 Maret 2024.

Fadhilah juga berharap SATRIA-2 itu sudah bisa masuk ke dalam tahap green book pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.

Baca juga : Tahun 2014 - 2024, Pemerintah Telah Bangun 27 Bandara Baru

Fadhilah mengaku hingga kini ia masih berdiskusi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait pengadaan SATRIA-2.

"Namun proses itu tidak bisa langsung dilakukan karena berbeda dengan proyek yang didanai anggaran pendapatan belanja negara (APBN),PNBP, tapi ada tahapan lagi nantinya," jelasnya melansir dari Kontan.

Baca juga : BI : Rupiah Lebih Dipengaruhi Tekanan dari Eksternal

Adapun target pengadaan satelit pemerintah itu membutuhkan anggaran mencapai US$ 680 juta atau setara dengan Rp 13,3 triliun.

Jika dibandingkan dengan biaya proyek Satelit Satria 1 yang menelan biaya US$ 540 juta atau Rp 8,3 triliun, tentu Satelit Satria 2 memang lebih banyak memakan biaya.

Namun perbedaannya dengan Satelit SATRIA 1 yang kapasitasnya 150GB, kapasitas Satelit SATRIA 2 mencapai 300 GB.

"Untuk Satria 2 kami mengusulkan itu sekitar US$ 860 juta, kapasitasnya 300 Gbps agar bisa menjangkau seluruh Indonesia, termasuk di beberapa wilayah terpencil," jelasnya.

Untuk diketahui, Satria-1 sudah beroperasi setelah diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Adapun, kapasitasnya 150 Gbps untuk menyediakan 37 ribu titik terbilang dengan menghasilkan kecepatan internet 3-5 Mbps.

Jumlah titik tersebut, masih belum memenuhi kebutuhan akses internet di titik lainnya. Hal itu yang melatarbelakangi munculnya ide pengadaan SATRIA-2 oleh BAKTI Kominfo.