Pakar IT Desak KPU Jangan Bohongi Rakyat dengan Penghitungan Pilpres

Jakarta, law-justice.co - Chief Executive Officer (CEO) Kafrua Big Data, Gunaris yang juga pakar IT, menyatakan penghitungan suara Pilpres 2024 di Indonesia menjadi sorotan pakar keamanan siber lantaran penuh kecurangan pada aplikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sistem informasi rekapitulasi pemilihan umum (sirekap).

"Praktisi cyber security dan digital forensic analyst seluruh dunia menyampaikan sikap terkait perhitungan suara di Pilpres 2004, yang pertama quick count karena metode bisa diubah untuk membuat hasil yang berbeda dan sebaiknya tidak digunakan untuk mempengaruhi masyarakat luas. Jangan bohongi rakyat maupun dengan real count," kata Gunaris dalam tayangan video yang dikutip di Jakarta, Senin 19 Februari 2024.

Baca juga : Hasto PDIP: Data Sirekap Berubah 753 Kali Usai Rekapitulasi Selesai

Kedua, ujar Gunaris yang juga merangkap Ketua Umum Relawan Anies P-24, mendesak dilakukannya audit secara netral terhadap sistem Sirekap KPU dengan melibatkan semua auditor baik dalam dan luar negeri serta perwakilan dari tim pemenangan masing-masing pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.

"Yang ketiga kami tidak peduli paslon mana yang menang, semua sudah Allah SWT gariskan maka jika menang, menanglah dengan cara yang jujur dan terhormat dan kalaupun kalah dengan cara yang sama terhormat," jelas alumni ITS Surabaya ini dilansir dari Inilah.

Baca juga : Data Anomali Pilpres 154.541 TPS & Pileg DPR 13.767 TPS Dikoreksi KPU

Kemudian keempat, kata dia, mendesak untuk bersama-sama melakukan evaluasi secara menyeluruh bukan saja hasil dari yang tertampil pada layar administrator tujuannya agar tampilan utama bisa di-review bersama-sama.

Kelima, Gunaris melanjutkan, lakukan analisa forensik digital semua hasil C1 dan dari mana meta datanya seperti apa.

Baca juga : IT KPU Cacat Lahir, Fabrikasi Kesalahan & Kecurangan: Audit Forensik!

"Yang keenam minta data itu adalah yang terkait dengan informasi detail apa saja yang menempel di dalam gambar yang diunggah biasanya berisi mengenai timestamp-timestamp kemudian location dan ada foto setting, aperture, ISO dan diambilnya (device) pakai apa," tambah Gunaris.