Demo Tolak Kebijakan Covid & Desak Xi Jinping Mundur Meluas di China

Jakarta, law-justice.co - Aksi demonstrasi menuntut Presiden Xi Jinping mundur pecah di sejumlah kota besar di China sepanjang akhir pekan, peristiwa yang dianggap langka di Negeri Tirai Bambu.

Berawal dari memprotes kebijakan lockdown Covid-19 yang terlampau ketat, para demonstran mulai terdengar meneriakkan slogan-slogan menuntut Xi mundur.

Baca juga : Kata Ahli soal AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya

Cara keras pemerintah telah membuat publik frustrasi yang semakin lelah dengan lockdown, karantina berkepanjangan dan kampanye tes Covid-19.

Kebakaran mematikan pada dua hari lalu di Urumqi, ibu kota Xinjiang, juga semakin menyulut kemarahan warga.

Baca juga : Simpan Uang Rp 5,3 Miliar dalam Bantal, Dua Pria Ditangkap Bea Cukai

Banyak pihak merasa lockdown membuat upaya penyelamatan terhambat hingga 10 orang meninggal dunia.

Seperti melansir cnnindonesia.com, setidaknya 400 orang berkumpul di tepi sungai di Beijing selama beberapa jam. Sebagian di antaranya berteriak, "Kami semua orang Xinjiang! Ayo orang China!"

Baca juga : May Day di Depan Kampus UNM Ricuh, Gas Air Mata Dikerahkan

Berdasarkan reportase langsung di lokasi dikatakan kerumunan massa menyanyikan lagu kebangsaan dan mendengarkan pidato. Sementara di sisi lain sungai barisan polisi menunggu.

Mobil-mobil di jalanan membunyikan klakson sebagai dukungan ketika orang-orang tetap berada di area itu hingga dini hari, meneriakkan dan melambaikan lembaran kertas kosong yang melambangkan penyensoran.

Otoritas setempat memblokiri lalu lintas, sekitar 100 petugas berpakaian preman dan polisi tiba di tempat kejadian.

Pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri usai petugas berjanji tuntutan mereka akan didengar.

Sementara itu di kota metropolis terbesar di China, Shanghai, polisi bentrok dengan demonstran ketika petugas berupaya memindahkan kerumunan dari lokasi demo lain.

Sebagian orang yang protes menyerukan agar Presiden China Xi Jingping turun dari jabatannya. Ratusan orang mendatangi area itu sambil membawa kertas kosong dan bunga yang terlihat seperti protes sunyi.

Sejumlah orang ditangkap kepolisian ketika massa diminta meninggalkan lokasi.

Peristiwa yang Dianggap Langka di Negeri Tirai Bambu dan Arti Simbol Kertas Putih

Berbeda dengan di demonstrasi pada umumnya, para pengunjuk rasa di China pada akhir pekan lalu tak membawa spanduk berisi protes, melainkan kertas putih kosong.

Demonstrasi membawa kertas putih itu menjalar di berbagai kota di China, mulai dari Beijing hingga Shanghai.

sejumlah seruan demonstrasi yang tersebar di media sosial memang mengajak warga untuk turun ke jalan sembari membawa kertas putih kosong.

Kepala Biro China CNN, Stephen Jiang, mengatakan kertas putih ini merupakan simbol frustrasi warga karena tak dapat menyuarakan protes mereka secara terbuka akibat sensor ketat di China.

"Ada banyak kemarahan di dalam diri mereka, tapi mereka tak bisa mengekspresikannya," ucap Jiang.

China memang menerapkan sensor ketat di berbagai jejaring sosial. Segala bentuk protes terhadap pemerintah yang dituangkan di jagat maya akan hilang dalam sekejap.

Sensor serupa juga diterapkan ketika demonstrasi menjalar di berbagai kota di China sepanjang akhir pekan lalu.

Protes tak hanya terlihat di jalanan, tapi juga berbagai jejaring sosial. Namun, China akan langsung menghapus setiap unggahan terkait protes terhadap pemerintahan.

Tak hilang akal, para warga akhirnya menggunakan kertas putih sebagai lambang protes mereka. Dengan demikian, pemerintah tak akan bisa menuntut mereka.

"Jika kalian takut pada kertas kosong, kalian lemah," ujar seorang warganet di jejaring sosial China, Weibo.

Penggunaan kertas putih dalam demonstrasi sebenarnya bukan hal asing. Pada 2020 lalu, demonstran di Hong Kong juga mengacungkan kertas putih untuk menghindari sensor pemerintah China.

Baru-baru ini, warga Moskow juga sempat terlihat membawa kertas putih saat memprotes invasi Rusia di Ukraina.