Pergeseran Standar Kemiskinan saat RI Dihantui Resesi (1)

Jakarta, law-justice.co - Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) semakin nyata. Hal itu melihat situasi inflasi dan respons bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) dalam beberapa waktu terakhir.


Demikian diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Juni 2022, Kamis (23/6/2022). Resesi AS dimungkinkan tidak hanya akan terjadi tahun ini, namun berlanjut sampai 2023 mendatang.

Baca juga : Konflik Iran-Israel Dapat Buat Inflasi Indonesia Naik Tajam, Waspada!

"Pilihan kebijakan di AS dalam merespons inflasi yang tinggi dengan kenaikan suku bunga sangat memberikan kemungkinan terjadinya resesi di AS pada tahun ini dan bahkan kemungkinan berlangsung hingga tahun depan," kata Sri Mulyani.

Menurut Sri Mulyani, kondisi di AS jadi salah satu faktor yang akan sangat mempengaruhi outlook ekonomi dunia.

Baca juga : ADB Prediksi Inflasi Indonesia Capai 2,8% pada 2024-2025

"Jadi munculnya inflasi yang tinggi, pengetahuan moneter dan hantu resesi di AS yang mulai disebut oleh berbagai pandangan dari para ekonom maupun policy maker menyebabkan kondisi di AS jadi salah satu faktor yang akan sangat mempengaruhi outlook dari ekonomi dunia," tuturnya.

Ancaman resesi AS dalam beberapa waktu terakhir ini juga semakin hangat dibicarakan. Hal itu, kata Sri Mulyani, membuat index kepercayaan konsumen turun 50,2 atau lebih rendah dibanding awal pandemi COVID-19 pada April 2020 yang mencapai 71,8.

Baca juga : Inflasi Indonesia Tembus 3,05 Persen, Ini Sebabnya

"Resesi di AS sekarang sudah makin dibahas atau kemungkinan terjadinya makin nyata. Terlihat dari berbagai pandangan dan ini pun kemudian menyebabkan consumer confidence mengalami penurunan yang cukup tajam," imbuhnya.